Kamis, 18 November 2021

TIDAK PERNAH MEMBENCI

 

Minggu,8 November 1987

Sudah sejak pagi Marie Wilson menunggu hari ini.

Gadis berusia 28 tahun ini akan kencan bersama ayahnya setelah delapan belas tahun menunggu saat bersama tersebut.

Gordon Wilson, ayahnya, yang sebelumnya sangat sulit menyediakan waktu untuk pergi bersama,kali akan mengajaknya pergi menonton karnaval di pusat kota.Setelah itu mereka akan nonton film dan makan bersama.

"Wah,Ayah tampan sekali hari ini" kata Marie saat melihat ayahnya mengenakan sweater biru muda Kashmir pemberiannya.

Ayahnya merangkul Marie semata wayangnya "Putri Ayah juga kini cantik dan tambah dewasa"

Saat itu menjelang musim dingin di Irlandia.Marie harus mengenakan mantel supertebalnya.

Mereka meninggalkan rumah dan menyusuri jalan kecil dan sebuah jembatan kayu sehingga sampai di tengah kota kecil itu-tempat karnaval dilangsungkan.

Gordon menarik Marie kesamping sebuah dinding batu sambil menunggu barisan prajurit dan polisi yang akan lewat didepan mereka.

"Sejak kecil aku tahu kalau Gena akan menjadi dokter" ayahnya membicarakan sepupu Marie yg kini bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit ternama di Dublin.

"Kau ingat saat jatuh di selokan pada umur 6 tahun?.Dia yang menolongmu karena Ayah tak paham soal pertolongan pertama, sedangkan ibumu pergi ke pasar" lanjut ayahnya.

"Ah,Ayah!" seru Marie pura-pura cemberut.

Gordon merangkul Marie sambil membelai rambutnya,"Ayah bangga padamu,Marie"

Saat Marie akan mengatakan hal yang sama, tiba-tiba sebuah cahaya putih menyilaukan seolah-olah akan membutakan matanya,dan dentuman yang dahsyat memenuhi rongga telinganya.

Marie mencium bau hangus benda terbakar, dan mendengar jeritan banyak orang serta merasakan nyeri yang hebat pada tulang belakang dan kepalanya.

Detik-detik berlalu dengan sunyi.

Apa yang terjadi?

Dimana aku sekarang?

Lalu muncul ketakutan lain, dimana Ayah?

Marie berusaha mencari Ayahnya yang diyakini tidak jauh darinya.

"Ayah..!"Sambil menahan nyeri,ia menggapai Ayahnya.Bahu dan lengan Gordon terluka dan tidak bisa digerakkan.Namun ia sadar saat, tangan putrinya menyentuh lengannya yang terkulai.

Samar-samar ia mendengar teriakan kesakitan orang-orang,lalu ada suara yang lebih jelas yakni rintihan Marie.Ditengah rintihannya,ia meyakinkan ayahnya bahwa ia baik-baik saja.

"Ayah, Marie sayang kepada Ayah"Tiba-tiba ayahnya merasakan kedamaian ditengah rasa sakit yang menderanya.

Rupanya, yang diucapkan tadi adalah kata terakhir Marie kepada ayahnya.

Empat jam kemudian, petugas pencarian akhirnya menemukan mereka beberapa meter dibawah timbunan batu dan segera dilarikan ke Rumah Sakit.Gordon berhasil diselamatkan,tapi tidak dengan Marie.Ia meninggal di Rumah Sakit karena mengalami kerusakan parah di otak dan tulang belakang.

Siang harinya, seorang wartawan BBC datang menjenguk Gordon untuk menyampaikan rasa belasungkawa atas meninggalnya Marie.

"Sebenarnya bom itu dipasang oleh IRA (Irish Republican Army).Enam orang tewas seketika karena ledakan itu,dan puluhan orang terluka parah" jelas wartawan itu.

"Mr.Wilson, bagaimana perasaan Anda terhadap pelaku peristiwa itu?"

Dengan sorot mata yang teduh,ia berkata "Saya tidak membenci mereka.Saya tidak menyimpan dendam kepada mereka.Kata-kata yang sengit tidak akan menghidupkan Marie Wilson kembali.Saya akan berdoa agar Tuhan mengampuni mereka"

Jawaban Gordon sangat mengejutkan semua orang yang menyaksikan wawancara itu di televisi.

Hampir semua orang menduga bahwa pernyataan itulah yang akhirnya meredam emosi kelompok-kelompok militer, yang sebelumnya sangat marah atas aksi pengeboman itu.Hal itu pun mencegah diluncurkannya serangan balasan yang hanya akan menelan lebih banyak korban jiwa.

Setahun kemudian,

Gordon Wilson yang telah menjadi senator Republik Irlandia mendapat pertanyaan bagaimana ia bisa mengampuni tindakan kejam yang menghilangkan nyawa putrinya.

"Tentu saja hati saya terluka" ujar Gordon,"Saya telah kehilangan seorang putri yang sangat saya cintai, namun saya tidak menjadi marah.Ucapan terakhir putri saya membuat saya menerima anugerah Tuhan untuk mengampuni melalui kekuatan kasih sayang"

Tak bisa dipungkiri, kebahagiaan sejati adalah hak orang-orang yang berani melepaskan pengampunan dan mengasihi musuh-musuhnya.Totalitasnya dalam mengampuni pun mengubah arah hidup Gordon Wilson untuk selamanya.Sejak saat itu ia bekerja tanpa kenal lelah untuk memperjuangkan perdamaian di Irlandia Utara, hingga akhir hayatnya.


Dari buku

A CHAPTER OF HAPPINESS

Rabu, 17 November 2021

HADIAH SATU RIYAL

 

..................................

Begitu fakirnya saya sehingga untuk mengikuti piknik dengan biaya 1 riyal pun saya tak mampu membayarnya.

Saya sudah memohon pada keluarga saya, tetapi tetap tidak ada biaya yg bisa diusahakan.

Sehari menjelang keberangkatan piknik, saya berhasil menjawab pertanyaan yang diberikan guru dikelas. Dan sebagai hadiahnya, guru memberi saya uang 1 riyal dengan diiringi tepuk tangan murid yang lain.

Saat itu saya tidak berpikir apa-apa lagi, selain berlari kencang untuk mendaftarkan diri mengikuti piknik. Duka nestapa saya terasa terbang seketika menjadi bahagia berkepanjangan selama berbulan-bulan.

Hari-hari sekolah pun berlalu. Saya melanjutkan hidup dengan bekerja keras dan karena Allah saya menjadi sukses selanjutnya saya membuat yayasan sosial.

Setelah bergerak di bidang sosial , kembali saya teringat guru SD saya dulu yang pernah memberi uang 1 riyal karena benar menjawab pertanyaannya sehingga saya bisa ikut piknik tanpa merepotkan orang tua.

Oleh karena itu saya kemudian kembali berkunjung ke sekolah itu dan saya dipertemukan oleh Allah dengan guru saya tadi. Saat bertemu, kondisi guru saya cukup memprihatikan : sudah tidak bekerja dan siap-siap pulang ke Palestina, negerinya.

Lalu saya jelaskan kedatangan saya bahwa saya punya utang besar kepada beliau.

Guru saya kaget bukan main.

"Apa benar ada orang yang punya utang pada saya?" beliau balik bertanya.

Saya pun menjelaskan "Apa bapak ingat pada murid yg bapak beri uang 1 riyal , karena menjawab pertanyaan dengan benar di kelas?"

Setelah berusaha mengingat-ingat, Guru itu tertawa dan berkata "ya..ya saya ingat. Jadi kamu mencari saya untuk mengembalikan uang1 riyal itu?"

"Betul pak"

Kemudian saya mengajak beliau naik mobil dan pergi ke suatu tempat.

Sampai ditempat itu kami turun dari mobil yg berhenti di depan sebuah Villa. Lalu kami masuk kedalam Villa tersebut dan saya sampaikan niat saya kepada guru saya.

"Pak, Villa ini saya berikan kepada Bapak untuk melunasi utang saya dulu, ditambah mobil yang tadi kita naiki, dan gaji per bulan seumur hidup, serta pekerjaan buat putra Bapak di perusahaan saya"

Guru saya makin kaget,dan berkata

"Tetapi ini terlalu banyak,Nak"

"Percayalah, Pak.Kegembiraan saya dengan 1 riyal yang Bapak berikan pada saat itu lebih besar nilainya dibandingkan dengan 10 villa seperti ini.Saya tidak dapat melupakan kebahagiaan itu sampai sekarang" jawab saya menahan haru

.......................................

(Diceritakan oleh Syekh Sulaiman Al-Rajhi, orang terkaya nomor 4 di Arab Saudi,pendiri Al-Rajhi Bank)


Dari buku

BUKAN UNTUK DIBACA

HITAM dan PUTIH

 


Gambar nomer 1 adalah tombol listrik atau bisa juga gambar topi dalam posisi miring.

Gambar nomer 2 bentuk yang tidak jelas

Gambar nomer 3 adalah kamera video.

Seperti pada gambar nomer 2, gambar nomer 4 dan 5 juga tidak jelas bentuknya.

Jadi persepsi orang tidak akan sama.Itu apabila melihat dengan fokus yg berwarna hitam.Semua akan mempertahankan pendapatnya.

Namun sebaliknya, kalau fokusnya adalah warna putih ,maka semua akan sepakat ditemukan sebuah tulisan "F L Y".

Apabila kita hanya berfokus pada 'sisi hitam' seseorang, berupa kelemahan, kekurangan, keburukan, kegagalan dan semua hal yang negatif,maka kita tidak akan pernah bisa bersatu dengan orang tersebut.Kita akan cenderung merasa paling baik, sempurna sehingga tidak bisa memahami dan bekerja sama dengannya.Tetapi kalau fokus kita adalah 'sisi putih': kelebihan, kemampuan, kebaikan, keberhasilan dan sisi positif yang lain maka kita akan mudah bersatu dan bekerja sama dan saling mendukung.

Saat pikiran negatif memasuki pikiran Anda, Anda harus mewaspadainya dan segera menggantikan pikiran tersebut dengan pikiran positif yang lebih konstruktif.Pikiran negatif akan mencoba memasuki pikiran Anda lagi,dan sekali lagi Anda harus menggantikannya dengan pikiran positif.Seakan-akan ada dua gambar didepan Anda,dan Anda memilih untuk melihat salah satu gambar tersebut dan mengabaikan gambar yang lain.


Dari buku

MEMBANGUN KARAKTER dengan HATI NURANI

Selasa, 16 November 2021

KISAH ORANG ARAB DAN ORANG KHURASAN

Suatu saat di musim haji... 

Seorang lelaki Khurasan berteriak-teriak "Wahai para haji, adakah diantara kalian yang menemukan kantong yang berisi uang 1000dinar?. Siapa yang mengembalikan ke saya, Allah akan membalasnya dengan kebaikan, menjauhkannya dari api neraka, memberikan rezeki dan kesenangan di hari pembalasan" 

Seorang Arab tua datang menghampirinya dan berkata "Wahai Khurasani,kota ini sangat keras, hari-hari haji terbatas, pintu untuk membuat keberuntungan tertutup.Bisa saja uangmu jatuh ke tangan orang miskin yang membutuhkannya.Barangkali yang menemukannya mau mengembalikan kepadamu bila kau membaginya sedikit".

"Berapa yang diminta?" tanya Khurasani 

Orang Arab tua itu berkata "barangkali sepersepuluhnya cukup?" 

Khurasani menjawab "Tidak,aku tidak akan memberinya bagian, akan kuadukan kepada Allah saat aku menemuiNya.Aku hanya percaya kepadaNya.." 

Sampai tiga hari Khurasani itu masih mencari kantong 1000 dinarnya yang hilang.Setiap saat yang dijumpainya orang Arab tua berpakaian kumal tersebut.

Hari kedua orang Arab itu menegosiasikan agar yang menemukan diberi seperseratusnya,namun orang Khurasan itu tetap tidak mau memberi.

Pada hari ketiga,dia menurunkan tawarannya menjadi seperseribunya atau satu dinar bagi yang menemukan uangnya, tetapi Khurasani itu tetap menolak memberinya. 

Hal itu menarik perhatian Ibnu Jarir At Tabari untuk mengikuti orang Arab tua tersebut. Sesampainya dirumah, didapatinya Orang Arab itu memang amat miskin dan tinggal di rumah gubuk. Dari luar ia mendengar percakapan orang Arab itu dengan istrinya yang menyuruh mengambil saja uang 1000 dinar, karena pemiliknya tak mau berbagi. Tetapi sang suami tetap bersikukuh bahwa dia sudah 86 tahun tidak memakan barang haram, meski sekarang ada 1000dinar dia tetap tidak mau mengambil yang bukan haknya. 

Hari berikutnya, Khurasani masih berteriak-teriak mencari kantong uang 1000 dinarnya.Dengan marah orang Arab tua itu berkata "Wahai Khurasani, aku sudah berusaha membantumu dan meminta 100dinar bagi yang menemukannya, engkau menolak,10 Dinar engkau menolak,1dinarpun kau tolak, padahal orang ini butuh untuk memberi makan keluarganya" Lanjutnya"wahai Khurasani, ikutlah denganku,akan kukembalikan 1000dinarmu utuh, karena telah membuatku tak bisa tidur saat menemukannya" 

Maka Khurasani itu mengikuti pria Arab tadi ke rumahnya.Saat tiba dirumah, diambillah kantong uang dari galian dan menyerahkan ke pemiliknya.Dengan senang Khurasani menerima kembali uangnya. Saat akan meninggalkan rumah, tiba-tiba ia berhenti di pintu dan berbalik sambil berkata "wahai pak Tua,saat orang tuaku meninggal,dia meninggalkanku dengan 3000dinar.Dia berpesan kepadaku agar memberikan sepertiganya untuk orang yang paling berhak.Melihat keadaanmu,aku tak menemukan orang lain sejak perjalananku dari Khurasan selain dirimu,maka terimalah 1000dinar ini". Dengan syukur diterima lah uang tersebut oleh pria Arab tadi.Namun ia tidak mengambil semuanya, tetapi dibagikan kepada seluruh keluarganya sebanyak 9 orang ditambah satu orang saksi,yaitu Ibnu Jarir sehingga semuanya 10 orang dengan masing-masing mendapat 100dinar. Dengan 100dinar itu Ibnu Jarir mendapatkan bekal untuk menulis sejumlah kitab termasuk cerita diatas.

فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ فَارِقُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ وَّاَشْهِدُوْا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنْكُمْ وَاَقِيْمُوا الشَّهَادَةَ لِلّٰهِ ۗذٰلِكُمْ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ەۗ وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ#

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ 

لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا


2. Maka apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, maka rujuklah (kembali kepada) mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah pengajaran itu diberikan bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,

3. dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.

 (QS Ath-Thalaq[65]:2-3)


Dari buku 

INSPIRING ONE. Membangun jiwa entrepreneur kiat sukses dan mulia dalam usaha dan kehidupan




DOA IBU SEPUH ITU TERKABUL

 


Jakarta 1968 

Usiaku saat itu 19 tahun dan bekerja sebagai penjaga alat-alat kantor pada sebuah bank asing terbesar di Indonesia. Meski begitu aku kadang menerima tugas-tugas lain seperti hari itu, aku mendapat tugas dari pimpinan bidang lain. Sebagai pesuruh tentunya tidak boleh menolak tugas dari semua atasan . Kali ini aku disuruh mengantarkan dokumen ke Bank Indonesia. Dari kantor aku harus naik bus dua kali untuk pergi ke sana. 

Saat menunggu bus di halte dekat kantor, tiba-tiba terlihat seorang wanita tua yang nampaknya kebingungan. Semula aku tidak peduli, tapi lama-lama aku jadi iba melihatnya. Dari cara berbusananya nampaknya wanita itu datang dari seberang. 

"Ibu mau kemana?" 

"Saya mau ke kota" jawabnya dengan logat kental daerahnya.

"Ke tempat siapa, Bu?" 

"Tempat warung makan anak saya di kota" Tapi dia tidak tahu persis dimana warung makan anaknya tersebut. Karena kebetulan arahnya searah dengan tujuanku ke Bank Indonesia, maka wanita itu aku ajak bersama. 

Sampai di kota, aku turun di halte depan Bank Indonesia. Ternyata wanita itu ikut turun denganku. 

Segera kutanya "Lho, kedai makannya dimana, Bu?". "Ndak tahu" jawabnya singkat. Tentu saja aku jadi bingung. Seorang wanita tua mencari warung makan anaknya, tapi alamatnya tidak tahu. Sementara tugasku sendiri harus selesai pukul 10.00. Aku ingin meninggalkan wanita itu dan segera menyerahkan dokumen ke Bank Indonesia. Tetapi hatiku tidak tega meninggalkannya begitu saja. Apalagi nampaknya dia baru datang ke Jakarta pertama kali. 

Karena aku sendiri harus menyelesaikan tugasku sementara waktu makin mendesak, maka aku temui seorang tukang becak untuk minta tolong mengantarkannya. Kebetulan tukang becak itu kenal betul daerah itu dan saat itu wilayah kota belum luas dan tidak macet. 

"Bang, tolong antarkan Ibu ini ke warung makan anaknya. Dia tak tahu alamatnya, tapi nama warungnya tahu. Jadi tolong dia sampai menemukannya. Ini ongkosnya saya lebihkan barangkali harus keliling". Tukang becak itu gembira sekali mendapat uang yang lebih banyak dan menyanggupi membantu. 

Tapi, sebelum naik becak wanita itu menghampiriku. Belum sempat aku bertanya, wanita itu langsung mengangkat tangannya keatas dan berdoa dengan khusuk untukku. Doa yang dipanjatkan itu masih kuingat: "Ya Allah,di kala aku tersesat, anak ini memberikan jalan keluar. Dikala aku bersedih, dia memberikan kegembiraan. Dikala aku berputus asa, dia memberikan harapan. Ya Allah, perlakukanlah anak ini dengan apa yang sudah diperlakukan padaku. Jangan beri kesempatan dia bersedih, jangan sampai dia berputus asa. Jangan sampai terhenti apa yang diinginkannya. Karena Engkau adalah yang mewujudkan segala harapan. Beri anak ini keselamatan dan kegembiraan" Semula aku hanya diam dan tersenyum, tapi lama-lama akupun larut dalam keharuan. "Selamat ya Nak" katanya sambil mencium keningku. Tak terasa ada butir air mata yang menetes, aku tak mampu menahan tangis sampai wanita itu pergi dengan naik becak. 

Segera aku masuk ke Bank Indonesia lima menit menjelang pukul 10.00. Alhamdulillah, tugas membantu wanita mencari anaknya dan mengantar dokumen telah terselesaikan semua. Kegembiraan itu berubah menjadi perasaan cemas saat tiba di kantor.

Mendadak aku dicari Direktur Operasional. Pikirku pasti ada kesalahan yang kulakukan sehingga akan ada kemungkinan terburuk. "Tidak tahu ya. Mungkin hanya ingin bertemu denganmu" kata atasanku. Dengan perasaan was-was, akhirnya aku pergi menghadap Direktur operasional. Dia adalah Warga Negara Asing asal India. Dengan keterbatasan penguasaan bahasa Inggrisku kusimpulkan bahwa Sang Direktur meminta aku meninggalkan tugas di tempat lama ke tempat yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan. 

"Mulai besok, kamu tidak usah di gudang lagi. Kamu dipindah ke sana, tapi kamu harus belajar serius. Kalau kamu berhasil, kamu akan menjadi pilihan disana", kata direktur operasional itu. Ditengah-tengah rasa gembira itu, tiba-tiba aku teringat kembali wajah wanita yang tadi kutolong. Hanya dalam hitungan beberapa jam saja, ternyata doanya dikabulkan...[] 


Dari buku 

VISA KE SURGA

Senin, 15 November 2021

CINTA, JARAK DAN WAKTU (2)


Jerman 1942 

Aku mondar mandir dibalik pagar kawat berduri kamp konsentrasi itu untuk sekedar mengusir hawa dingin yang menyergap. Tiba-tiba dari balik pagar kulihat seorang gadis memandang dengan rasa kasihan. Tiba-tiba dia memasukkan tangannya kedalam saku bajunya dan mengeluarkan sebuah apel. Dengan waspada dia menoleh ke kanan dan kiri, lalu melemparkan apel itu melewati pagar kearah ku. Saat aku memungut dan mengangkat muka kearahnya, dia sudah menghilang. Rupanya kejadian itu berulang tiap hari. Kadang kami bertukar kata atau senyum. Sampai pada bulan ke-7, aku mendapat kabar buruk bahwa kami akan dipindahkan ke kamp konsentrasi yang lain. Saat bertemu keesokan harinya aku berkata, "besok jangan bawakan aku apel, karena kami akan dipindahkan ke kamp lain. Kita takkan pernah bertemu lagi". 

Bulan demi bulan berlalu, tapi kenangan dengan gadis itu membantuku mengatasi saat-saat yang mengerikan. 

Saat perang usai, kami dibebaskan. Namun aku telah kehilangan semua milikku yang berharga, termasuk keluargaku. Dan kenangan yang kusimpan itu membawaku untuk pindah ke Amerika memulai hidup baru. 

New York city 1957 

Seorang kawan mengenalkan aku dengan seorang wanita yang sama-sama imigran sehingga punya banyak persamaan. 

"Dimana kau saat perang berlangsung?" tanya gadis itu yang ternyata bernama Roma. "Aku berada di sebuah kamp konsentrasi di Jerman" jawabku. Mata Roma menerawang sedih. Kelihatannya ia ingat sesuatu. "Aku ingat masa laluku,Herman .Saat itu aku bertemu dengan seorang anak laki-laki disebuah kamp dan pernah memberikan sebuah apel.Dia kelihatan gembira". "Sulit menggambarkan perasaan kami, karena saat itu kami masih muda. Aku yakin, saat itu tumbuh cinta yang tulus diantara kami. Namun dia menghilang saat dipindahkan ke kamp lain. Barangkali juga dia dibunuh seperti penghuni yang lain" keluhnya. Dengan jantung berdegup kencang seakan mau meledak kutatap dia, "Apakah pada suatu ketika dia berkata' besok jangan bawakan apel.aku akan dipindahkan ke kamp lain'?" 

."Iya benar.Bagaimana kau tahu?" Aku meraih tangannya dan menjawab " Akulah anak laki-laki itu Roma" Lama kami saling memandang. Kami mengenali jiwa dibalik mata yang bertatapan, kami mengenali kawan yang manis dan pernah sangat kami cintai, yang selalu kami cintai, yang tak pernah hilang dari kenangan kami..... 

1996 

Setelah hampir empat puluh tahun sejak aku menemukan Roma ku, Kami diundang pada acara "Oprah Winfrey Show" dan didepan jutaan pemirsa aku berkata "Kekasihku, kau memberikan aku makanan saat di kamp konsentrasi saat aku lapar. Aku akan tetap lapar dan dahaga akan sesuatu yang rasanya takkan pernah cukup kuperoleh: adalah cintamu"... 

Waktu kadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu; terlalu panjang bagi yang gundah;dan terlalu pendek bagi yang bahagia.Tetapi bagi yang selalu mengasihi waktu adalah keabadian


Dari buku 

Chicken Soup for the Couple's Soul

PUTUKU AYU TENAN....

Tahun ini sudah yang keempat cucuku tidak ke Jakarta. Aku merencanakan akan membawanya ke Jakarta saat pulang dari Bandung. Tidak seperti biasanya berkereta api kalau ke Bandung, kali ini aku membawa kendaraan sendiri.

Perjalanan bersama cucu kesayangan tentu bukan perkara yang sederhana. Ibunya menyiapkan semua keperluan Salwa mulai dari makanan di jalan dan pakaian untuk 4 hari.

Bocah enam tahun itu tidak kalah sibuknya dibandingkan ibunya dengan menyiapkan keperluannya: buku bacaan, buku tulis, dan buku gambar. Saat menjelang keberangkatan, dia berseru "Tunggu, ada yang ketinggalan!"

Aku tanya "Ada apa?"

"Kenclengan" jawabnya sambil berlari masuk rumah.

"Apa itu?" Tanyaku kepada ibunya

"Celengan, Yah. Orang disini menyebut kenclengan. Kaleng buat nabung" jelasnya.

"Sudahlah, ditinggal saja. Nanti bikin repot" Aku membayangkan kaleng itu akan dibawa kemana-mana, bahkan sampai jadi kawan tidurnya. Namun Salwa bersikeras mengambil dan membawanya ke Jakarta. Aku kehabisan akal.

"Buat apa bawa-bawa uang segala?. Ditinggal saja. Nanti kalau ilang Akung ganti!" kataku meyakinkan.

"Buat dijalan Kung" jawabnya pendek.

Wah, jangan-jangan ini faktor keturunan. Aku bekerja di perusahaan keuangan. Ayah Salwa yang berwirausaha juga bersinggungan dengan uang. Kini sikecil sudah mulai menaruh perhatian kepada uang. Apakah ini yang disebut materialistis?

"Bukan itu,Kung. Buat nanti di pinggir jalan itu. Ada masjid lagi dibangun, ada yang minta sumbangan pake jaring ikan, nanti ada pengemis kita kasih. Ada nenek-nenek lagi jualan, kita kasih. Ada orang cacat kita kasih, juga teman-teman seusiaku yang miskin dan minta-minta di pinggir jalan" jawabnya enteng.

Setelah terdiam sesaat, aku bertanya dengan penasaran

"Uang dari mana itu?"

"Ini uang jajan setiap hari yang dikasih bunda, ayah dan juga Akung dan Uti setiap datang kesini"

"Terus yang mau dikasihkan berapa?"

"Semua, Kung... Semuanya. Pulangnya kenclengan ini kosong. Ngumpulin lagi dan kalau penuh dikasihkan lagi. Begitu terus..."

"Semuanya? Tak disisakan?"

"Iya, Kung" jawabnya.

Allahuakbar! Betapa besar dosaku menuduh cucuku sendiri sebagai manusia materialistis. Makhluk kecil polos, tetapi menyimpan jiwa besar lagi mulia.

Ia tidak memberi 2,5%, bukan pula 5%, tetapi 100% semua yang dimiliki untuk orang lain tanpa mengharap apa-apa.

Hari ini, aku diajari oleh cucuku sendiri. Terimakasih ya Allah, Engkau telah menganugerahi kami keturunan yang mempunyai jiwa kepedulian sejak dini. Aku pandangi wajahnya yang cantik seperti ibunya, seperti neneknya saat belia. Dan kini, dia menjadi lebih cantik dan ayu.

"Putuku ayu tenan lan solehah..."


Dari buku

VISA KE SURGA




ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...