Jerman 1942
Aku mondar mandir dibalik pagar kawat berduri kamp konsentrasi itu untuk sekedar mengusir hawa dingin yang menyergap. Tiba-tiba dari balik pagar kulihat seorang gadis memandang dengan rasa kasihan. Tiba-tiba dia memasukkan tangannya kedalam saku bajunya dan mengeluarkan sebuah apel. Dengan waspada dia menoleh ke kanan dan kiri, lalu melemparkan apel itu melewati pagar kearah ku. Saat aku memungut dan mengangkat muka kearahnya, dia sudah menghilang. Rupanya kejadian itu berulang tiap hari. Kadang kami bertukar kata atau senyum. Sampai pada bulan ke-7, aku mendapat kabar buruk bahwa kami akan dipindahkan ke kamp konsentrasi yang lain. Saat bertemu keesokan harinya aku berkata, "besok jangan bawakan aku apel, karena kami akan dipindahkan ke kamp lain. Kita takkan pernah bertemu lagi".
Bulan demi bulan berlalu, tapi kenangan dengan gadis itu membantuku mengatasi saat-saat yang mengerikan.
Saat perang usai, kami dibebaskan. Namun aku telah kehilangan semua milikku yang berharga, termasuk keluargaku. Dan kenangan yang kusimpan itu membawaku untuk pindah ke Amerika memulai hidup baru.
New York city 1957
Seorang kawan mengenalkan aku dengan seorang wanita yang sama-sama imigran sehingga punya banyak persamaan.
"Dimana kau saat perang berlangsung?" tanya gadis itu yang ternyata bernama Roma. "Aku berada di sebuah kamp konsentrasi di Jerman" jawabku. Mata Roma menerawang sedih. Kelihatannya ia ingat sesuatu. "Aku ingat masa laluku,Herman .Saat itu aku bertemu dengan seorang anak laki-laki disebuah kamp dan pernah memberikan sebuah apel.Dia kelihatan gembira". "Sulit menggambarkan perasaan kami, karena saat itu kami masih muda. Aku yakin, saat itu tumbuh cinta yang tulus diantara kami. Namun dia menghilang saat dipindahkan ke kamp lain. Barangkali juga dia dibunuh seperti penghuni yang lain" keluhnya. Dengan jantung berdegup kencang seakan mau meledak kutatap dia, "Apakah pada suatu ketika dia berkata' besok jangan bawakan apel.aku akan dipindahkan ke kamp lain'?"
."Iya benar.Bagaimana kau tahu?" Aku meraih tangannya dan menjawab " Akulah anak laki-laki itu Roma" Lama kami saling memandang. Kami mengenali jiwa dibalik mata yang bertatapan, kami mengenali kawan yang manis dan pernah sangat kami cintai, yang selalu kami cintai, yang tak pernah hilang dari kenangan kami.....
1996
Setelah hampir empat puluh tahun sejak aku menemukan Roma ku, Kami diundang pada acara "Oprah Winfrey Show" dan didepan jutaan pemirsa aku berkata "Kekasihku, kau memberikan aku makanan saat di kamp konsentrasi saat aku lapar. Aku akan tetap lapar dan dahaga akan sesuatu yang rasanya takkan pernah cukup kuperoleh: adalah cintamu"...
Waktu kadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu; terlalu panjang bagi yang gundah;dan terlalu pendek bagi yang bahagia.Tetapi bagi yang selalu mengasihi waktu adalah keabadian
Dari buku
Chicken Soup for the Couple's Soul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar