Kamis, 21 Maret 2024

REFLEKSI DARI BU PRANI

 

"𝑺𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒖𝒓𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊 𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒓𝒆𝒂𝒕𝒊𝒇."

(Dr.APJ Abdul Kalam)


Namanya Bu Prani,

Adalah seorang guru Bimbingan dan Konseling sebuah SMA di pinggiran Yogya. Mungkin karena latar belakang pendidikannya (ada beberapa sekolah yang guru BKnya diampu oleh guru yang tidak sesuai dengan ijazahnya), cara menangani masalah siswanya baik sekali. Anggapan guru BK sebagai hakim yang akan memvonis kesalahan tidak dialami oleh siswa.

"Baik Bu, saya siap menerima hukuman" begitu umumnya siswa yang ketahuan melakukan pelanggaran.

Tidak dengan Bu Prani.

Kata 'hukuman' bagi wanita paruh baya pantang untuk diucapkan, karena identik dengan kesalahan fatal dan harus dikenakan sanksi dihukum.

"Ibu akan berikan kamu refleksi, sayang" begitu kata Bu Prani.

Ketika muridnya melakukan kesalahan, Bu Prani selalu menerapkan pola refleksi (penyebutan kata ganti hukuman). Tujuan refleksi ini adalah memberikan penyadaran kepada murid untuk memahami dampak buruk atau akibat dari kesalahan yang telah dilakukan sehingga berefek jera.

Refleksi yang diterapkan Bu Prani kepada anak didik saat melakukan kesalahan di sekolah penuh pesan moral. Seorang murid mampu menjalaninya dengan penuh kesadaran, bukan paksaan, atau beban hukuman.

Seorang siswa yang kepergok meludah sembarangan, beliau hampiri, kemudian disuruhnya anak mengambil sampel air ludah lalu dibawa ke laboratorium untuk diamati apa yang ada pada sampel tersebut. Tak sampai disitu, siswa disuruh menggambar apa yang dilihat dibawah mikroskop. Dan hasilnya adalah sebuah pola lukisan yang unik penuh warna. Sebuah pelanggaran yang ternyata membuahkan karya seni yang bagus.

Bu Prani adalah guru yang tahu ilmu mendidik, melakukan pendekatan yang disukai siswa dan menjadi teman yang akrab bagi siswa-siswanya.[]


 "𝙳𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚓𝚊𝚛 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚓𝚊𝚛, 𝚍𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚓𝚊𝚛 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚓𝚊𝚛."

(Phil Collins)


Sumber:

1.Film "Budi Pekerti"

2.https://guruinovatif.id/artikel/menjalin-hubungan-pertemanan-dengan-siswa-meningkatkan-efektivitas-pembelajaran?username=radenahmadhilmanhilmawan

Kamis, 15 Februari 2024

DARI ATAS ATAU DARI BAWAH?

 

"𝑯𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒔𝒆𝒑𝒔𝒊. 𝑷𝒐𝒔𝒊𝒕𝒊𝒇 𝒗𝒆𝒓𝒔𝒖𝒔 𝒏𝒆𝒈𝒂𝒕𝒊𝒇. 𝑨𝒑𝒂 𝒑𝒖𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒑𝒊𝒍𝒊𝒉 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓𝒖𝒉𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒎𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍𝒎𝒖."

(Sonya Teclai)


Ketika menatap sepintas bagian kanan gambar diatas (yang ditandai dengan "i"), akan terlihat sebuah struktur tertutup dari bawah ke atas. Hal ini bisa diamati dari garis dari a hingga b yang tidak diperpanjang sampai ke c

Tetapi jika menatap bagian kiri bentuk tersebut (yang bertanda "ii") beberapa kali, akan menyimpulkan bahwa gambar itu kelihatannya terlihat dari atas ke bawah.


Fakta dari Persepsi (anggapan):

1.meski bukan realitas , persepsi tetap digunakan oleh manusia karena keterbatasannya


2.Setiap manusia cenderung mempunyai Persepsi yang tidak sama


Namun seringkali seseorang terjebak oleh persepsinya, dan meyakini sudut pandangnya adalah yang benar. Padahal ada orang lain yang mempunyai pendapat berbeda. Memaksakan sudut pandangnya hanya akan menimbulkan konflik yang berkepanjangan.


Sepanjang yang diperdebatkan adalah pendapat atau persepsi, sepanjang itu pula masih ada peluang untuk salah. Sudah banyak bukti beberapa teori (persepsi) lama gugur karena muncul teori baru.Tidak ada kebenaran mutlak selain dari Sang Maha Pencipta Segala sesuatu.

Seseorang yang berpegang teguh pada persepsinya, akan membuat sudut pandangnya sempit, cakrawala pengetahuan kita menjadi luas bila sudut pandangnya, persepsinya terbuka.


Bersikukuh dengan persepsi yang diyakininya, membuat seseorang tidak akan mendapat solusi, karena akan menegasikan (berlawanan) perspektif lain.[]


"𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐩𝐬𝐢𝐦𝐮, 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐢𝐭𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧, 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢𝐦𝐮 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐦𝐩𝐮𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐡𝐚𝐥-𝐡𝐚𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐝𝐢𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧."

(Gerry Reiche)


Dari buku: "Mindful Learning" Membongkar 7 Mitos Pembelajaran yang Menyesatkan

Rabu, 14 Februari 2024

TIUP LUBANGNYA

"𝘒𝘦𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘦𝘯𝘵𝘪 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵."

(Thomas Alva Edison)


Jerman, penghujung musim dingin 2009


Pagi itu, Bowo ketinggalan bus yang biasa mengantarkan ke kampus. Segera ia mengambil sepedanya dan mengayuh dalam udara bertemperatur -14° agar tidak tertinggal kereta menuju Frankfurt.


Malam telah larut saat dia kembali ke stasiun untuk mengambil sepedanya.

Nahas, karena dinginnya udara gembok sepeda yang berupa spiral itu kehilangan elastisitasnya sehingga tidak bisa dibuka 

Di pelataran sepeda Bahnhof (Stasiun) Giessen yang gelap (Pukul 22:00), selama hampir seperempat jam dia cuma mencoba putar-memutar lubang kunci, tapi tidak berhasil, meskipun kuncinya sampai bengkok. Tiba-tiba, muncul seorang lelaki tegap berbadan besar berkulit gelap. Sambil tersenyum, pria itu berkata, "Tiup lubang kuncinya dengan hawa panas tubuh kita!"


Lalu, dia membungkuk dan mencontohkan caranya. Tanpa ragu, ia berjongkok dan meniup (lubang) gembok sepedanya berulangkali seolah penuh penghayatan. Bowo hanya terdiam dan berujar dalam hati, "Rupanya dia sudah berpengalaman." Dan, ketika diputar kuncinya, gembok itu langsung bisa dibuka.


Lalu, dengan senyum lebar bahagia, lelaki itu berucap, "Selamat mencoba dan semoga berhasil!"


Lelaki itu pergi dan berlalu dengan sepeda bututnya. Bowo pun mengucapkan terima kasih. Berkat tips lelaki asing itu, akhirnya gembok sepedanya juga bisa diputar. Padahal, sebelumnya kunci sudah bengkok dan hampir saja dia menyerah.


Selalu ada penyelesaian selama kita mau berusaha. Dari mana, oleh siapa dan bagaimana caranya penyelesaian itu karena kita tidak pernah sendiri. Dan sebuah kehangatan akan selalu memberikan efek positif sebuah penyelesaian.[]


"𝑲𝒆𝒃𝒆𝒓𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍𝒂𝒏 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒊𝒔𝒊 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒌𝒆𝒈𝒂𝒈𝒂𝒍𝒂𝒏. 𝑺𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒕𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒂𝒌 𝒅𝒊 𝒃𝒂𝒍𝒊𝒌 𝒂𝒘𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒓𝒂𝒈𝒖𝒂𝒏. 𝑫𝒂𝒏, 𝒌𝒂𝒖 𝒕𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒊 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒊 𝒃𝒂𝒍𝒊𝒌 𝒂𝒘𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒓𝒂𝒈𝒖𝒂𝒏. 𝑫𝒂𝒏, 𝒌𝒂𝒖 𝒕𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒕𝒂𝒉𝒖 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂 𝒅𝒆𝒌𝒂𝒕 𝒕𝒖𝒋𝒖𝒂𝒏𝒎𝒖. 𝑴𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏, 𝒌𝒆𝒃𝒆𝒓𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒅𝒆𝒌𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝒃𝒂𝒈𝒊𝒎𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒋𝒂𝒖𝒉. 𝑴𝒂𝒌𝒂, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈, 𝒃𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝒉𝒂𝒏𝒕𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒌𝒆𝒓𝒂𝒔. 𝑲𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒈𝒂𝒍𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒂𝒎𝒑𝒂𝒌 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒃𝒖𝒓𝒖𝒌, 𝒌𝒂𝒖 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝒕𝒂𝒌 𝒃𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒉𝒆𝒏𝒕𝒊"

(Clinton Howell)


Dari buku "Berobat 20 juta Per Hari"




SIMBOL KEHIDUPAN MENJELANG KEMATIANNYA

"𝐒𝐞𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐩𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐦𝐚𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐫𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐢𝐤."

(Johann Wolfgang von Goethe)

Lahir dengan nama Randolph Frederick Pausch pada 23 Oktober 1960 di Baltimore, Maryland. Setelah lulus dari Oakland Mills High School di Columbia, Randy Pausch meraih gelar sarjana pada ilmu komputer dari Brown University pada bulan Mei 1982. Dan pada Agustus 1988 gelar doktornya ia raih dari Carnegie Mellon University  sambil bekerja paruh waktu di Xerox Palo Alto Research Center dan Adobe Systems.


Sejak 1988 hingga 1997, Pausch menjadi asisten dan associate professor di Department of Computer Science di University of Virginia's School of Engineering and Applied Science. Selama di sana, ia juga belajar di Walt Disney Imagineering and Electronic Arts (EA). Pada 1997, Pausch menjadi associate professor di Computer Science, Human-Computer Interaction and Design, Carnegie Mellon University (CMU).


Tahun 2006 dokter memvonis Pausch terkena kanker pankreas stadium lanjut dengan harapan hidup tiga sampai enam bulan kedepan.

Terserang penyakit mematikan tidak menjadikan Pausch tenggelam dalam depresi, tapi ia menggunakan pengalaman hidupnya sebagai bahan kuliah. Saat mengajar pun, ia tetap memperlihatkan penampilan yang seperti biasanya, yakni hangat dan penuh humor.


18 September 2007 Pausch memberikan kuliah umum terakhirnya dengan tajuk "Really Achieving You Childhood Dream" (Raih Impian Masa Kecilmu) di Carnegie Mellon University (CMU) Pittsburgh Amerika Serikat.

Kuliah umum tersebut menjadi salah satu sesi kuliah yang paling fenomenal dan inspiratif di Amerika dan juga di dunia. Dalam sesi yang berlangsung sekitar satu jam tersebut, Pausch mendorong para hadirin untuk tidak pernah menyerah terhadap halangan dalam kehidupan, yang ia sebut sebagai "dinding bata" (brick walls).

Dalam kuliah yang dibawakan dengan wajah yang ceria, penuh canda, dan diselingi dengan push-up, seakan menunjukkan bahwa ia segar bugar, Pausch juga menceritakan impian-impian masa kecilnya dan berusaha untuk membangkitkan orang lain untuk bermimpi dan mewujudkan mimpinya itu. Bagi sebagian orang, mungkin mimpi-mimpi itu hanyalah mimpi "kecil". Tapi kemudian justru mimpi-mimpi itulah yang mengubah kehidupan Pausch, menjadikannya manusia yang berbeda. Bagaimana ia berusaha untuk membantu setiap orang yang dikenalnya untuk dapat merealisasikan mimpi-mimpi masa kecil mereka, serta bagaimana kita dapat memaknai hidup bila kita tahu bahwa kita hanya punya sedikit kesempatan, dan kesempatan itu akan segera habis.


Kuliah terakhir Pausch memang sangat fenomenal. Bukan karena yang menyampaikannya adalah seorang yang sedang sekarat akibat kanker, melainkan karena apa yang disampaikannya benar-benar menginspirasi banyak orang.

Pausch sendiri merekam kuliah tersebut bukan.sekadar untuk kenangan, dan bukan untuk orang lain, melainkan untuk ketiga anaknya. la tahu bahwa kelak ketiga anaknya mungkin tidak akan ingat dengan jelas seperti apa sosok ayahnya. Mereka hanya akan mengenal ayahnya melalui foto dan cerita. Yang diinginkan Pausch adalah agar kelak anak-anaknya tidak hanya mengenangnya (melalui rekaman kuliah terakhir itu), tapi juga yakin bahwa ayah mereka selalu mencintai mereka.

Melalui rekaman kuliah terakhir itu, Pausch ingin

mengajarkan kepada anak-anaknya, "Bagaimana menjalani hidup dengan cara meraih impian-impian masa kecilmu."

Kuliah Pausch itu menjadi bahan utama buku yang kemudian diterbitkan dengan judul "The Last Lecture". Buku tersebut menjadi buku laris. Demikian juga video kuliahnya  yang diunggah ke You Tube, Google video, MySpace, dan Facebook, dan ditonton lebih dari satu juta orang hanya dalam sebulan pertama. Pausch juga tampil dalam Oprah Winfrey Show pada Oktober 2007. Pada 9 April 2008, jaringan ABC menayangkan kisah tentang Pausch dengan judul "The Last Lecture": A Love Story for Your Life.


Jum'at, 25 Juli 2008 Pausch menyerah pada penyakitnya. Empat hari kemudian ABC menayangkan acara khusus untuk mengenang kehidupan Pausch dan kuliah umumnya yang terkenal.


Pausch telah meninggalkan warisan yang besar, tidak hanya untuk anak-anaknya, tetapi juga untuk semua orang yang mengenalnya (meski hanya melalui buku dan rekaman kuliah terakhirnya), tentang bagaimana memaknai hidup dan kehidupan, bagaimana membuat mimpi menjadi nyata, dan pelajaran tentang harapan.

la menjadi simbol kehidupan, sekaligus menjelang kematian.[]


𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒔𝒚𝒖𝒌𝒖𝒓𝒊, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒊𝒔𝒂 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒌𝒊𝒕 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊, 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓-𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒎𝒐𝒎𝒆𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏.


Dari buku "HAPPINESS CAFE" Kisah Inspiratif Orang-orang yang Bahagia


Keterangan foto: Randy Pausch saat memberikan kuliah November 2007



Rabu, 24 Januari 2024

JANGAN MENUNGGU

 "𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐡𝐚𝐥 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐬𝐞𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐝𝐚, 𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭𝐥𝐚𝐡 𝐛𝐚𝐡𝐰𝐚 𝐬𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐬𝐚𝐰𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐠𝐢𝐧,𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐢𝐤𝐮𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚."

(Henry Ford)


Dalam rangka kegiatan "Bali for the World" di Nusa Dua pada Desember 2002 diselenggarakan lomba Internasional Jet sport 800cc.

Banyak peserta mengikuti lomba ini baik dari dalam negeri maupun dari mancanegara. Dibalik meriahnya lomba itu terdapat sebuah musibah yang membuat 18 peserta terjebak badai ditengah lomba.Enam belas peserta berhasil diselamatkan, namun dua atlet nasional hilang. Panitia segera menurunkan tim SAR dan relawan untuk mencari mereka, namun terlalu badai terlalu besar dan sulit sekali menemukan dua orang hilang tersebut. 


Kabar terakhir yang tersiar menyatakan bahwa hanya satu orang yang akhirnya selamat dalam peristiwa ini, yaitu Abdul Rosyid, sedangkan yang satunya lagi nasibnya tidak diketahui. Rosyid lalu mengisahkan bahwa setelah terapung-apung selama tiga hari tiga malam dan melewati tiga pulau, yaitu Pulau Bali, Pulau Nusa Penida, dan Pulau Lombok, dia akhirnya ditemukan terapung di atas Jet Sport-nya oleh kapal penangkap ikan Surya Timur 01 di perairan Sumbawa. Lalu ia mengisahkan, "Sampai tiga hari tiga malam, saya hanya meminum air hujan. Pada hari kedua, perut saya terasa perih, terpaksa saya memakan styrofoam. Takut usus saya lengket, terpaksa saya minum campuran air asin dan air hujan." Upaya Rosyid mendekati pantai gagal akibat kerasnya arus laut yang justru menyeretnya menjauhi pantai. Lelah melawan dahsyatnya arus dan ombak, malam itu ia memutuskan untuk menunggu cuaca membaik sambil memikirkan cara untuk kembali menuju pantai.

Rosyid lalu menggunakan tangki plastik kendaraannya untuk menampung air hujan, malam hari meringkuk dalam bagasi depan untuk tidur.

Usahanya melepas lempengan logam untuk memantulkan cahaya ke pesawat tidak berhasil karena terlalu kecil.

"Dari jam setengah enam pagi, tiap hari saya dayung jet sport pakai sandal yang saya temukan di tengah laut. Berapa mil, saya enggak tahu. Sampai jam sebelas siang, baru berhenti mendayung. Alhamdullilah, akhirnya saya ketemu kapal itu," ujar Rosyid.

 

Sebuah sandal karet butut yang ia temukan terapung di tengah laut itu ternyata menjadi alat penolong nyawanya. Nampak sini, bahwa kemauan Rosyid untuk selamat telah menciptakan keyakinan positif dalam dirinya untuk berusaha terus-menerus melawan maut. Keyakinan ini membuatnya yakin bahwa dirinya masih bisa hidup jika ia bisa mencapai daratan, oleh karena itu ia mati-matian berusaha mencapai daratan. 

Dan bukan kapal itu yang mendekati Rosyid, tetapi Rosyidlah yang berinisiatif untuk menemukan kapal itu. Jadi sukses tidak akan kunjung datang jika Anda hanya menunggu saja, Anda harus bergerak mengejar dan mendapatkannya.[]


"𝑲𝒆𝒔𝒂𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏, 𝒔𝒊𝒌𝒂𝒑 𝒑𝒂𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒓𝒂𝒉, 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝒌𝒆𝒓𝒂𝒔 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒎𝒃𝒊𝒏𝒂𝒔𝒊 𝒔𝒖𝒌𝒔𝒆𝒔 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒂𝒌 𝒕𝒆𝒓𝒌𝒂𝒍𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏." 

(Napoleon Hill)


Dari buku

"Fight Like A Tiger Win Like A Champion"



DIANTAR DENGAN MOBIL MEWAH

“𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊𝒂𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒐𝒍𝒐𝒏𝒈 𝒉𝒂𝒎𝒃𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒊𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒐𝒍𝒐𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒖𝒅𝒂𝒓𝒂𝒏𝒚𝒂.”

(HR Muslim no.𝟐𝟔𝟗𝟗)


Jakarta 1983,

Dengan santai Abdul Rozak mengendarai mobil mewah baru yang diterima beberapa hari sebelumnya seiring dengan pengangkatannya sebagai Direktur Operasional sebuah lembaga keuangan perusahaan asing. 

Pagi itu Rozak mengarahkan mobil BMW 520i nya menuju ke stasiun Gambir.

Sepekan sebelumnya sang ibu mengabarkan lewat surat akan berkunjung ke Jakarta naik kereta api ekonomi Gaya Baru. Meski putranya sudah menduduki jabatan tinggi di sebuah perusahaan, Ibunya Rozak masih suka bepergian naik kereta api ekonomi.

Ibu kandung Rozak masih tetap hidup sederhana dan tinggal di kota Surabaya dengan ditemani oleh salah seorang putri, mantu, dan tiga cucu. Masih tetap mencari nafkah dengan membuka warung untuk mengisi hari tuanya. Saran Rozak untuk menutup usaha warungnya dengan pertimbangan mengurangi aktivitas yang menuntut energi oleh sang Ibu dijawab, "Justru aktivitas itulah yang membuat dirinya sehat jasmani dan rohani. Tubuh memerlukan olahraga, otak memerlukan olahpikir, dan hati memerlukan olah pertimbangan, terutama untuk melakukan mawas diri".

Transaksi yang dilakukan pada warungnya juga cukup unik, beliau sengaja melayani semua pembeli yang tidak mampu, termasuk mereka yang tidak dilayani oleh warung lain. Beliau pernah berkata, "Orang yang hanya memiliki uang Rp500 untuk membeli kecap pun harus dilayani, agar nasi yang dimakannya ada rasanya. Jadi, berjualan adalah perbuatan amaliah ibadah. Adapun uang bulanan yang dikirimkan Rozak setiap bulan, digunakan untuk biaya kebersihan masjid, infak sedekah untuk kaum dhuafa, serta bayar rekening air dan listrik, lalu sisanya cukup untuk menutupi keperluan hidup yang tidak seberapa.


Pukul 07.45 Rozak sampai di stasiun Gambir setelah memperhitungkan perkiraan kedatangan kereta. Dengan menenteng kantong berisi makanan kecil, sebuah buku, dan majalah Rozak masuk peron dan mencari tempat duduk.

Saat Rozak baru membaca beberapa halaman buku terdengar pengumuman melalui pengeras suara yang memberitahukan bahwa kereta Gaya Baru akan terlambat datang dan sampai di Stasiun Gambir pada pukul 12.00.


Empat jam...

Tentu waktu yang membosankan untuk menunggu. Rozak sempat berpikir untuk pulang ke rumah tapi dibatalkannya karena cukup jauh. Mau jalan-jalan ke tempat rekreasi juga masih terlalu pagi.

Sementara belum memutuskan hendak kemana, Rozak mencoba untuk meneruskan bacaannya, meski sekarang konsentrasinya tidak penuh.


Rozak masih mencoba untuk membaca, saat ada keluarga yang baru turun dari kereta api yang kebingungan berada didekatnya.

Kursi kosong disamping Rozak diduduki istri yang menggendong anaknya yang mulai rewel, sedangkan  sang bapak harus berdiri.

"Pak, dari sini kita ke mana dan naik apa?" tanya sang istri 

"Aku juga ndak tahu," suaminya menjawab.

"Jadi bagaimana?"

"Nanti kita tanya saja."

"Mbok yo cepat tanya sana. Biar kita cepet ketemu sama anak. Biar kita bisa istirahat."

"Ya ... ya."

Sang bapak tidak menanyai Rozak yang duduk di sampingnya. Karena melihat Rozak sedang asyik membaca, suaminya mendekati dan menghentikan seseorang yang melintas di depan mereka untuk menanyakan sebuah sebuah alamat.

Jawaban yang diperoleh baru memberikan informasi yang sedikit. Kembali dia bertanya lagi ke orang lain mengenai alamat pesantren tempat anaknya bersekolah.

Rozak berpikir akan membantunya dengan menuliskan kendaraan, tempat turun, kendaraan sambungan pada selembar kertas dan memberikan kepadanya.


Pikiran Rozak kembali bercabang. Dia bisa saja memanggil taksi dan meminta mengantarkan keluarga itu ke alamat yang diminta dan membayari ongkosnya. Kalau mengantarkan mereka dengan mobil barunya rasanya terlalu berlebihan dan mereka sebenarnya tidak terlalu berharap demikian.

Niat Rozak semula adalah menjemput ibu dengan mobil mewah untuk menyenangkan orangtua adalah bagian ibadah. Namun Tuhan Yang Maha Bijak, mempunyai rencana lain. Karena pada saat yang sama ada manusia yang juga perlu ditolong, dan itu juga tidak kurang kadar dan nilai kemuliaannya di hadapan-Nya.

Rozak melihat jam tangannya, dan ternyata masih tersedia cukup waktu untuk pulang balik, dan kemudian menjemput ibunya yang baru akan tiba empat jam kemudian.


Segera Rozak berkemas dan mengejar keluarga tadi. Lalu-lalang orang menghambat gerak langkah mereka sehingga Rozak dengan mudah menyusulnya.


Keluarga kecil itu agak terkejut ketika disapa. Dari rona wajahnya sekilas nampak kesan kecemasan dan keragu-raguan, meski akhirnya mereka berhenti melangkah.


"Pak. Maaf, tadi saya mendengar Bapak akan ke pesantren yang kebetulan dekat rumah saya. Kalau Bapak bersedia, mari saya antarkan. Saya juga ingin pulang. Dari pada kosong kesepian sendirian, lebih baik ada yang menemani," kata Rozak.


"Alhamdulillah. Kebetulan sekali. Terima kasih," ujarnya.

"Biar pak, barang bawaannya tidak banyak kok" larang suaminya saat Rozak akan membantu mengangkat barang.

Saat anaknya yang lepas dari gendongan berlari ke salah satu Colt terbuka dari jauh Rozak memberi isyarat, "bukan itu mobilnya, tetapi yang di sebelahnya". Anak itu pindah dan berlari ke sebelah kiri melewati mobil BMW menuju sedan Corolla tua. Rozak tersenyum!


Setelah sampai di mobil, Rozak membuka bagasi belakang dan mempersilakan mereka meletakkan barang-barang bawaan. Seperempat karung terigu berisi beras, sayur-mayur dan satu tas kecil berisi pakaian.


Mereka tampak terkesima dan tidak satu patah kata pun keluar dari mulut mereka. Bapak itu dan istrinya saling berpandangan. Sedangkan anaknya berlari dari sedan tua mendekati ayah dan ibunya. Setelah seluruh barang yang tidak terlalu banyak itu masuk semua, Rozak membuka pintu belakang kendaraan, mempersilakan mereka masuk dan dia menyusul dari pintu pengemudi. Tak lama kemudian mobilpun meninggalkan stasiun.


Hening, tak ada yang bicara..

Dari kaca spion nampak suami dan istri menyandarkan punggungnya di kursi belakang dengan mata dipejamkan. Sementara anak kecil itu melihat ke kaca jendela menikmati pemandangan di luar. Sungguh senang hati mereka tentunya, mengalami hal yang tidak disangka-sangka.

Dalam keheningan perjalanan Rozak asyik mempertajam nalar dan perasaan. Hidup adalah misteri. Perlahan-lahan ia sudah dapat mengerti apa yang dikatakan bunda yang melahirkannya. Ada keistemewaan berada di tengah kaum dhuafa ... kaum jelata.


Semua kebiasaan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari menjadi bertolak belakang. Air mata yang biasanya menetes sebagai wujud dan tanda kesedihan, kini justru berubah menjadi bukti puncak kebahagiaan. Subhanallah.


Tanpa disadari, mereka sudah sampai di tujuan. Segera Rozak menepikan kendaraan tepat di muka pintu gerbang pesantren. Pintu belakang dibuka dan mempersilakan mereka turun mengikutinya ke belakang. Pintu bagasi dibuka dan barang bawaan dikeluarkan semua. Selama itu pula bapak dan ibu itu tidak berkata-kata.


"Jangan sampai ada yang tertinggal Pak," kata Rozak seraya mengulurkan tangan untuk berjabat tangan."

"Ya," jawabnya pendek sambil menyambut jabatan tangan Rozak.


Bapak itu masih tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Tidak sempat berterima kasih, dan memang Rozak tidak memerlukannya. Bagi Rozak justru dirinyalah yang harus berterima kasih atas kesempatan dan kenikmatan yang dialaminya melalui perantaraan keluarga kecil itu. Dari balik kaca spion, Rozak masih melihat mereka memandang kendaraan yang mereka tumpangi menjauh dan akhirnya hilang dari pandangan meninggalkan pintu gerbang pesantren itu.[]


"𝙲𝚊𝚛𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚒𝚋𝚞𝚛 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚘𝚋𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚒𝚋𝚞𝚛 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗"

(Mark Twain)


Dari buku

"VISA KE SURGA" Catatan Harian Inspiratif Tentang Indahnya Berbagi 


(Catatan: Abdul Rozak pada kisah diatas adalah Houtman Zainal Arifin Vice President Citibank di Indonesia)







Selasa, 16 Januari 2024

BERBAGI

 "𝘒𝘦𝘶𝘵𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘵𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯."


Seorang bijak sedang bercakap cakap dengan malaikat pada suatu hari sambil berkata, "Malaikat, saya ingin tahu seperti apa Surga dan Neraka."


Malaikat itu pun memimpin orang bijak itu menuju dua pintu. Dia membuka salah satu pintu dan orang bijak itu menengok ke dalam ruangan. Di tengah-tengah ruangan terdapat sebuah meja bundar besar. Di tengah meja terdapat satu panci sup besar yang beraroma semerbak dan enak. Meja itu dikelilingi oleh orang-orang yang kurus dan sakit-sakitan. Mereka tampak lapar. Mereka memegang sendok dengan tangkai yang sangat panjang.


Dengan tangkai sendok yang lebih panjang daripada lengan, orang-orang itu tidak dapat memasukkan sendok itu ke dalam mulut mereka. Orang bijak tersebut bergetar saat melihat penderitaan dan kesengsaraan mereka. Sang Malaikat kemudian berkata, "Anda baru saja melihat neraka."


Mereka lalu pergi ke kamar sebelah dan membuka pintu. Terdapat meja, kursi serta sajian sup di atas meja persis sama dengan kamar yang pertama, namun ada perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan kamar sebelumnya.

Orang-orang yang berada dalam kamar itu. Mereka terlihat cukup gizi dan gemuk, bersenda gurau, tertawa sambil berbincang-bincang satu sama lain.


Orang bijak tersebut berkata, "Aku tidak mengerti." 

"Ini sederhana, " kata Malaikat, "itu hanya memerlukan satu keterampilan. Anda lihat, mereka telah belajar untuk memberi makan satu sama lain. Sementara orang orang serakah hanya memikirkan diri mereka sendiri."[]


"𝐌𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐚𝐠𝐢, 𝐦𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐟𝐨𝐤𝐮𝐬 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐚𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐟𝐨𝐤𝐮𝐬 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐚𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐡𝐢𝐥𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐀𝐧𝐝𝐚."

(Sally Pederson)


Dari buku

"The Heart of Gold"



ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...