Rabu, 20 Oktober 2021

DENDAM TERBAIK oleh: Rhenald Kasali

 


Suara gemetar lelaki tua ditelepon itu mengatakan bahwa dia telah bersusah payah mencari nomor telepon saya sampai akhirnya diperoleh.Tak lama kemudian,ia menyerahkan telpon itu ke isterinya.

"Pak Rhenald,ini ibu M" katanya pelan 

"Baik Bu, ada yang bisa saya bantu?" jawab saya "Saya adalah gurumu SD dulu.Saya merasa bangga punya murid yg jadi seperti kamu.Tapi, saya juga sangat sedih mengetahui kamu dulu tidak naik kelas dg saya" ujarnya lirih.

"Oh terima kasih Bu.Jangan khawatir.Saya sangat terharu menerima telepon ini.Tetapi sebenarnya sayalah yang harus berterima kasih".

"Tidak Rhenald.Bagaimanapun saya merasa telah bersalah.Entah dosa apa".katanya lagi. Saya berusaha memotongnya,tetapi bu M terus berujar seakan-akan ia tak ingin suaranya terhenti.Saya mendengarnya dengan baik-baik.

Perlahan-lahan saya mulai mendengar isak diseberang telepon. "Rasanya saya telah melakukan kesalahan..." katanya lagi "Tidak Bu.Ibu tak usah khawatir.Saya tidak apa-apa"."Kok saya begitu,ya,saat itu, saya tidak mengerti mengapa saya telah tega tidak menaikkan mu.."

."Sekali lagi saya tidak apa-apa bu.Saya telah belajar dari kegagalan saya.Sekarang saya sudah bisa berjalan tegak"."Tetapi saya mendengar dan membayangkan engkau menangis saat tidak naik kelas... Betapa itu menyakitkan.Untuk itulah.Ibu menelepon.Ibu minta dimaafkan". 

Tahun 1971 bu M adalah guru SD saya di kelas 5.Hidup kami memang prihatin.Ayah saya menganggur, rumah kami dijual dan kami menumpang dirumah kerabat yg jauh dari sekolah. Pukul 4.00 saya sudah harus berangkat ke sekolah dg kendaraan omprengan menuju blok A,baru berjalan kaki ke sekolah. Pulang sekolah sampai dirumah, penerangan sudah gelap , praktis saya tak bisa belajar.selain listriknya tidak kuat,badan saya juga sudah letih. Dan.....puncak dari semua itu adalah saat pembagian rapor.Saya mendapatkan banyak angka merah dan saya tak naik kelas. Sebenarnya ada 3 anak yang tidak naik kelas,dua orang bersikap biasa-biasa saja menerima kenyataan itu.Tapi saya menangis tersedu-sedu.Saya merasa bodoh.beruntung ada beberapa teman yang menentramkan hati saya. Namun saat itu saya punya dendam.Dikelas yg sama tahun berikutnya saya mulai tak banyak bicara.Saya malu dg adik kelas yang sekarang menjadi teman saya.Namun kali ini kepala saya sudah tegak kembali Suatu saat,ibu M datang mengajar dikelas saya dan ia mendekati saya "Sekarang,kau telah berubah menjadi lebih rajin,ya?" katanya.Namun terus terang , saya lupa bagaimana meresponnya. 

Saat reuni th 2007 banyak teman yg lupa bahwa saya adalah teman mereka, hanya saya lulus SD pada tahun yg berbeda.Mereka terkejut,tak terkecuali ibu M yg nampak sudah sepuh.Tampaknya ibu M baru tahu Cerita tentang saya sepulang reuni itu. Kepada ibu M, saya justru menghaturkan banyak terimakasih, karena melalui tangannya, perubahan sudah tertanam dalam hidup saya sedari dini.Sebagai anak saya yang saya tahu adalah sekolah itu untuk hidup,bukan sebaliknya.Saat itu memang Ibu M terkenal sebagai guru killer dimata anak-anak. Akan tetapi, tanpa keputusannya, saya mungkin tidak bisa melakukan apa-apa hari ini.Sungguh saya punya dendam,tetapi dendam saya sederhana sekali, yaitu saya ingin membuktikan bahwa saya tidak sebodoh hari itu. 

Terimakasih ibu M.Tanpa hukuman itu, mungkin saya tidak punya pengalaman yg baik. 

Sukses bukanlah seberapa tinggi bukit yg anda raih, melainkan seberapa cepat anda bangun saat terjatuh


Dari buku "Renungan Ida Arimurti"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “π‘Ίπ’†π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ-π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ π’Žπ’‚π’π’–π’”π’Šπ’‚ 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 π’šπ’‚π’π’ˆ π’‘π’‚π’π’Šπ’π’ˆ π’ƒπ’†π’“π’Žπ’‚π’π’‡π’‚π’‚π’• π’ƒπ’‚π’ˆπ’Š π’π’“π’‚π’π’ˆ π’π’‚π’Šπ’.”  (Hadits Riway...