Apa yang kita lihat, kita rasakan. Dan apa yang tidak kita lihat tidak kita rasakan. Tapi kadang-kadang apa yang kita lihat, sebenarnya tidak ada. Dan...Apa yang tidak kita lihat sebenarnya ada
Tahun kedua mengulang kelas tiga, oleh orang tuanya Ishaan dipindahkan ke sekolah berasrama dengan harapan akan mendapat perubahan. Karena kalau terus melanjutkan ada kemungkinan dia tidak naik lagi dan dikeluarkan.
Rupanya perilaku anehnya tidak berubah di sekolah barunya. Tidak memperhatikan saat guru mengajar, membaca dan menulis seperti sebuah hukuman, buku seperti menjadi musuhnya sehingga sering kena hukuman.
Kedatangan guru kesenian pengganti yang teatrikal tetap tidak membuat dia tertarik.
Namun, pak Nikhumb, guru tadi punya perhatian kepadanya.
Buku catatan dan tugas Ishaan diperiksa.
Ternyata ada hal yang aneh pada tulisannya. Tak sampai disitu, Nikhumb bahkan datang kerumahnya untuk melihat dan bertanya tentang Ishaan.
Dan diketahuilah bahwa anak itu mengalami disleksia, suatu kelainan dimana tidak bisa membaca dan menulis karena huruf yang sering tertukar. Namun dibalik itu, rupanya Ishaan punya bakat besar dalam melukis.
Segera Nikhumb menghadap kepala sekolahnya untuk memohon menangani kasus Ishaan. Awalnya kepala sekolah ragu, tapi kemudian meluluskan permintaannya.
Saat memasuki kelas Ishaan Nikhumb bercerita tentang Disleksia.
"Ada seorang bocah laki-laki kecil, jangan tanya itu dimana, yang tidak bisa membaca dan menulis. Meski sulit dia tetap mencoba dan tidak putus asa. Belajar baginya adalah hal yang melelahkan. Semua orang menertawakannya dan menganggap bodoh. Namun kelak bocah ini menjadi terkenal dengan teori Relativitasnya. Tebak siapa dia?"
"Albert Einstein..!" serentak seluruh siswa menjawab saat Nikhumb menunjukkan foto seorang tokoh yang mengalami disleksia.
Ishaan kaget dan menatap ke gurunya. Lalu disebutkan tokoh-tokoh dunia yang pernah mengalami disleksia, seperti Leonardo da Vinci, Thomas Alva Edison, Agatha Christie, Walt Disney dan yang lain.
Saat kelas sepi, Ishaan dipanggil oleh gurunya.
"Tahukah kau Ishaan, di kelas ini juga ada penderita Disleksia yang nantinya jadi orang besar?" Tanya Nikhumb.
Ishaan menggeleng
"Orang itu adalah Ram Shankar Nikhumb" sambil menunjuk dirinya.
Dari sinilah Ishaan bangkit. Dengan cara yang menarik sang guru mengajarinya belajar membaca, menulis dan berhitung yang kemudian dikuasainya. Demikian juga kemampuannya dalam melukis makin terasah. Tarikan garis yang mantap, komposisi warna yang serasi dan obyek yang menarik.
Dan... puncaknya adalah menjelang akhir tahun pelajaran.
Sekolah mengadakan festival melukis untuk guru dan murid dengan juri dari pihak luar.
"Murid yang mengalahkan gurunya" demikian keputusan Juri dan mengundang Ishaan untuk kedepan menerima penghargaan atas kejuaraan itu.
Kebahagiaan orang tua Ishaan adalah saat menjemputnya menjelang libur panjang setelah bertemu dengan kepala sekolah yang melaporkan kemajuan putranya dalam belajar. Dan, kali ini buku tahunan yang diterbitkan menggunakan sampul lukisan Ishaan dan Nikhumb.
"Diluar sana, ada sebuah persaingan dunia, yang tidak kenal ampun, dimana setiap orang ingin menjadi juara dan pangkat tertinggi. Setiap orang menginginkan nilai tinggi. Ilmu kedokteran, insinyur, manager... apapun yang tidak bisa ditolerir.95,5 ; 95,6; 95,7 persen. Kurang dari itu memalukan. Cobalah pikir... setiap anak mempunyai kemampuan dan mimpi-mimpi yang unik"
Dari film
"Taare Zameen Par"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar