"𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩𝐢 𝐦𝐮𝐬𝐮𝐡, 𝐭𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐣𝐚𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐬𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠"
(Cut Nyak Dien)
Suatu saat pada upacara pemakaman,
Seorang isteri berdiri memberikan sambutan pada saat pemakaman suaminya. Wanita itu mengambil secarik kertas, potongan kertas tua. la mengatakan bahwa suaminya telah menyimpan potongan kertas itu dan membawanya ke mana-mana sejak suaminya masih berada di bangku sekolah. Dan setiap kali suaminya itu merasa kesal atau marah, ia akan mengambil kertas ini, melihatnya, dan kertas ini membuat seluruh pemikiran negatifnya hilang. la berkata bahwa suaminya menceritakan kepadanya dari mana potongan kertas ini berasal.
la mengatakan, saat suaminya dahulu masuk di SMA khusus putra, ada pertengkaran yang berujung pada perkelahian di dalam kelas. Guru kelas itu kemudian memerintahkan semua orang untuk duduk dan mengambil selembar kertas dari buku catatan mereka. Di bagian tengah kertas itu ditarik garis lurus kebawah sehingga membagi kertas itu menjadi kolom kiri dan kanan. Di bagian paling atas kertas itu mereka harus menulis nama anak yang paling mereka benci di kelas itu, yang benar-benar mengesalkan. Nama mereka diletakkan paling atas, lalu di kolom sebelah kiri tuliskan mengapa mereka itu demikian mengesalkan. Anak-anak itu jelas menulis dengan sangat lancar dan mudah. Selanjutnya guru memerintahkan menulis semua yang mereka kagumi dan hargai dari orang itu.
"𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏, 𝑩𝒖 𝑮𝒖𝒓𝒖!" protes mereka keberatan.
'𝑻𝒖𝒍𝒊𝒔!" Sekali lagi guru memerintahkan.
Tentu menjadi sulit saat menuliskan hal yang mereka kagumi dalam diri orang yang membuat mereka marah, namun ketika mereka telah mengisi sisi sebelah kanan, guru itu menyuruh mereka melipat kertas itu di bagian tengah, tepat di garis pemisah itu. Lalu robek dengan hati-hati sepanjang garis itu.
"𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒆𝒍𝒊𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒖𝒎𝒑𝒖𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒊𝒓𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒔𝒊 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒉𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒏𝒄𝒊 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒎𝒖𝒔𝒖𝒉 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏. 𝑺𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏, 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒂𝒊 𝒔𝒊𝒇𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒈𝒖𝒎𝒊 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒎𝒖𝒔𝒖𝒉 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏, 𝒃𝒆𝒓𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒓𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂."
Lalu istri mendiang itu mengatakan, "𝑰𝒏𝒊𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒐𝒕𝒐𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒓𝒕𝒂𝒔 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒖𝒔𝒖𝒉 𝒔𝒖𝒂𝒎𝒊 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂𝒏𝒚𝒂. 𝑲𝒆𝒓𝒕𝒂𝒔 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒏𝒂𝒎𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒊 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒉𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒌𝒂𝒈𝒖𝒎𝒊 𝒎𝒖𝒔𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂." Dan dia berkata, "𝑺𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉. 𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒎𝒖𝒔𝒖𝒉𝒌𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒌𝒊𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒍-𝒉𝒂𝒍 𝒍𝒖𝒂𝒓 𝒃𝒊𝒂𝒔𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒌𝒖, 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒌𝒊𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒍 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒂𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒖𝒃𝒆𝒏𝒄𝒊. 𝑴𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒊𝒔𝒊 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒈𝒂𝒓𝒊𝒔 𝒕𝒆𝒈𝒂𝒌 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒌𝒆𝒓𝒕𝒂𝒔 𝒊𝒕𝒖 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒔𝒂𝒚𝒂."
Pada akhir pidatonya, tiga atau empat orang berdiri-mereka adalah mantan teman sekelas mendiang-dan mereka mengeluarkan potongan kertas yang sama. Mereka juga menyimpannya. Sungguh berarti, mengetahui bahwa musuh Anda bisa melihat sesuatu yang indah pada diri Anda.[]
"𝘚𝘦𝘯𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘥𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘴𝘶𝘩 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘱𝘶𝘳𝘢𝘯."
( Sun Tzu)
Dari buku
"Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar