Rabu, 24 Januari 2024

DIANTAR DENGAN MOBIL MEWAH

“𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊𝒂𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒐𝒍𝒐𝒏𝒈 𝒉𝒂𝒎𝒃𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒊𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒐𝒍𝒐𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒖𝒅𝒂𝒓𝒂𝒏𝒚𝒂.”

(HR Muslim no.𝟐𝟔𝟗𝟗)


Jakarta 1983,

Dengan santai Abdul Rozak mengendarai mobil mewah baru yang diterima beberapa hari sebelumnya seiring dengan pengangkatannya sebagai Direktur Operasional sebuah lembaga keuangan perusahaan asing. 

Pagi itu Rozak mengarahkan mobil BMW 520i nya menuju ke stasiun Gambir.

Sepekan sebelumnya sang ibu mengabarkan lewat surat akan berkunjung ke Jakarta naik kereta api ekonomi Gaya Baru. Meski putranya sudah menduduki jabatan tinggi di sebuah perusahaan, Ibunya Rozak masih suka bepergian naik kereta api ekonomi.

Ibu kandung Rozak masih tetap hidup sederhana dan tinggal di kota Surabaya dengan ditemani oleh salah seorang putri, mantu, dan tiga cucu. Masih tetap mencari nafkah dengan membuka warung untuk mengisi hari tuanya. Saran Rozak untuk menutup usaha warungnya dengan pertimbangan mengurangi aktivitas yang menuntut energi oleh sang Ibu dijawab, "Justru aktivitas itulah yang membuat dirinya sehat jasmani dan rohani. Tubuh memerlukan olahraga, otak memerlukan olahpikir, dan hati memerlukan olah pertimbangan, terutama untuk melakukan mawas diri".

Transaksi yang dilakukan pada warungnya juga cukup unik, beliau sengaja melayani semua pembeli yang tidak mampu, termasuk mereka yang tidak dilayani oleh warung lain. Beliau pernah berkata, "Orang yang hanya memiliki uang Rp500 untuk membeli kecap pun harus dilayani, agar nasi yang dimakannya ada rasanya. Jadi, berjualan adalah perbuatan amaliah ibadah. Adapun uang bulanan yang dikirimkan Rozak setiap bulan, digunakan untuk biaya kebersihan masjid, infak sedekah untuk kaum dhuafa, serta bayar rekening air dan listrik, lalu sisanya cukup untuk menutupi keperluan hidup yang tidak seberapa.


Pukul 07.45 Rozak sampai di stasiun Gambir setelah memperhitungkan perkiraan kedatangan kereta. Dengan menenteng kantong berisi makanan kecil, sebuah buku, dan majalah Rozak masuk peron dan mencari tempat duduk.

Saat Rozak baru membaca beberapa halaman buku terdengar pengumuman melalui pengeras suara yang memberitahukan bahwa kereta Gaya Baru akan terlambat datang dan sampai di Stasiun Gambir pada pukul 12.00.


Empat jam...

Tentu waktu yang membosankan untuk menunggu. Rozak sempat berpikir untuk pulang ke rumah tapi dibatalkannya karena cukup jauh. Mau jalan-jalan ke tempat rekreasi juga masih terlalu pagi.

Sementara belum memutuskan hendak kemana, Rozak mencoba untuk meneruskan bacaannya, meski sekarang konsentrasinya tidak penuh.


Rozak masih mencoba untuk membaca, saat ada keluarga yang baru turun dari kereta api yang kebingungan berada didekatnya.

Kursi kosong disamping Rozak diduduki istri yang menggendong anaknya yang mulai rewel, sedangkan  sang bapak harus berdiri.

"Pak, dari sini kita ke mana dan naik apa?" tanya sang istri 

"Aku juga ndak tahu," suaminya menjawab.

"Jadi bagaimana?"

"Nanti kita tanya saja."

"Mbok yo cepat tanya sana. Biar kita cepet ketemu sama anak. Biar kita bisa istirahat."

"Ya ... ya."

Sang bapak tidak menanyai Rozak yang duduk di sampingnya. Karena melihat Rozak sedang asyik membaca, suaminya mendekati dan menghentikan seseorang yang melintas di depan mereka untuk menanyakan sebuah sebuah alamat.

Jawaban yang diperoleh baru memberikan informasi yang sedikit. Kembali dia bertanya lagi ke orang lain mengenai alamat pesantren tempat anaknya bersekolah.

Rozak berpikir akan membantunya dengan menuliskan kendaraan, tempat turun, kendaraan sambungan pada selembar kertas dan memberikan kepadanya.


Pikiran Rozak kembali bercabang. Dia bisa saja memanggil taksi dan meminta mengantarkan keluarga itu ke alamat yang diminta dan membayari ongkosnya. Kalau mengantarkan mereka dengan mobil barunya rasanya terlalu berlebihan dan mereka sebenarnya tidak terlalu berharap demikian.

Niat Rozak semula adalah menjemput ibu dengan mobil mewah untuk menyenangkan orangtua adalah bagian ibadah. Namun Tuhan Yang Maha Bijak, mempunyai rencana lain. Karena pada saat yang sama ada manusia yang juga perlu ditolong, dan itu juga tidak kurang kadar dan nilai kemuliaannya di hadapan-Nya.

Rozak melihat jam tangannya, dan ternyata masih tersedia cukup waktu untuk pulang balik, dan kemudian menjemput ibunya yang baru akan tiba empat jam kemudian.


Segera Rozak berkemas dan mengejar keluarga tadi. Lalu-lalang orang menghambat gerak langkah mereka sehingga Rozak dengan mudah menyusulnya.


Keluarga kecil itu agak terkejut ketika disapa. Dari rona wajahnya sekilas nampak kesan kecemasan dan keragu-raguan, meski akhirnya mereka berhenti melangkah.


"Pak. Maaf, tadi saya mendengar Bapak akan ke pesantren yang kebetulan dekat rumah saya. Kalau Bapak bersedia, mari saya antarkan. Saya juga ingin pulang. Dari pada kosong kesepian sendirian, lebih baik ada yang menemani," kata Rozak.


"Alhamdulillah. Kebetulan sekali. Terima kasih," ujarnya.

"Biar pak, barang bawaannya tidak banyak kok" larang suaminya saat Rozak akan membantu mengangkat barang.

Saat anaknya yang lepas dari gendongan berlari ke salah satu Colt terbuka dari jauh Rozak memberi isyarat, "bukan itu mobilnya, tetapi yang di sebelahnya". Anak itu pindah dan berlari ke sebelah kiri melewati mobil BMW menuju sedan Corolla tua. Rozak tersenyum!


Setelah sampai di mobil, Rozak membuka bagasi belakang dan mempersilakan mereka meletakkan barang-barang bawaan. Seperempat karung terigu berisi beras, sayur-mayur dan satu tas kecil berisi pakaian.


Mereka tampak terkesima dan tidak satu patah kata pun keluar dari mulut mereka. Bapak itu dan istrinya saling berpandangan. Sedangkan anaknya berlari dari sedan tua mendekati ayah dan ibunya. Setelah seluruh barang yang tidak terlalu banyak itu masuk semua, Rozak membuka pintu belakang kendaraan, mempersilakan mereka masuk dan dia menyusul dari pintu pengemudi. Tak lama kemudian mobilpun meninggalkan stasiun.


Hening, tak ada yang bicara..

Dari kaca spion nampak suami dan istri menyandarkan punggungnya di kursi belakang dengan mata dipejamkan. Sementara anak kecil itu melihat ke kaca jendela menikmati pemandangan di luar. Sungguh senang hati mereka tentunya, mengalami hal yang tidak disangka-sangka.

Dalam keheningan perjalanan Rozak asyik mempertajam nalar dan perasaan. Hidup adalah misteri. Perlahan-lahan ia sudah dapat mengerti apa yang dikatakan bunda yang melahirkannya. Ada keistemewaan berada di tengah kaum dhuafa ... kaum jelata.


Semua kebiasaan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari menjadi bertolak belakang. Air mata yang biasanya menetes sebagai wujud dan tanda kesedihan, kini justru berubah menjadi bukti puncak kebahagiaan. Subhanallah.


Tanpa disadari, mereka sudah sampai di tujuan. Segera Rozak menepikan kendaraan tepat di muka pintu gerbang pesantren. Pintu belakang dibuka dan mempersilakan mereka turun mengikutinya ke belakang. Pintu bagasi dibuka dan barang bawaan dikeluarkan semua. Selama itu pula bapak dan ibu itu tidak berkata-kata.


"Jangan sampai ada yang tertinggal Pak," kata Rozak seraya mengulurkan tangan untuk berjabat tangan."

"Ya," jawabnya pendek sambil menyambut jabatan tangan Rozak.


Bapak itu masih tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Tidak sempat berterima kasih, dan memang Rozak tidak memerlukannya. Bagi Rozak justru dirinyalah yang harus berterima kasih atas kesempatan dan kenikmatan yang dialaminya melalui perantaraan keluarga kecil itu. Dari balik kaca spion, Rozak masih melihat mereka memandang kendaraan yang mereka tumpangi menjauh dan akhirnya hilang dari pandangan meninggalkan pintu gerbang pesantren itu.[]


"𝙲𝚊𝚛𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚒𝚋𝚞𝚛 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚘𝚋𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚒𝚋𝚞𝚛 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗"

(Mark Twain)


Dari buku

"VISA KE SURGA" Catatan Harian Inspiratif Tentang Indahnya Berbagi 


(Catatan: Abdul Rozak pada kisah diatas adalah Houtman Zainal Arifin Vice President Citibank di Indonesia)







Selasa, 16 Januari 2024

BERBAGI

 "𝘒𝘦𝘶𝘵𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘵𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯."


Seorang bijak sedang bercakap cakap dengan malaikat pada suatu hari sambil berkata, "Malaikat, saya ingin tahu seperti apa Surga dan Neraka."


Malaikat itu pun memimpin orang bijak itu menuju dua pintu. Dia membuka salah satu pintu dan orang bijak itu menengok ke dalam ruangan. Di tengah-tengah ruangan terdapat sebuah meja bundar besar. Di tengah meja terdapat satu panci sup besar yang beraroma semerbak dan enak. Meja itu dikelilingi oleh orang-orang yang kurus dan sakit-sakitan. Mereka tampak lapar. Mereka memegang sendok dengan tangkai yang sangat panjang.


Dengan tangkai sendok yang lebih panjang daripada lengan, orang-orang itu tidak dapat memasukkan sendok itu ke dalam mulut mereka. Orang bijak tersebut bergetar saat melihat penderitaan dan kesengsaraan mereka. Sang Malaikat kemudian berkata, "Anda baru saja melihat neraka."


Mereka lalu pergi ke kamar sebelah dan membuka pintu. Terdapat meja, kursi serta sajian sup di atas meja persis sama dengan kamar yang pertama, namun ada perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan kamar sebelumnya.

Orang-orang yang berada dalam kamar itu. Mereka terlihat cukup gizi dan gemuk, bersenda gurau, tertawa sambil berbincang-bincang satu sama lain.


Orang bijak tersebut berkata, "Aku tidak mengerti." 

"Ini sederhana, " kata Malaikat, "itu hanya memerlukan satu keterampilan. Anda lihat, mereka telah belajar untuk memberi makan satu sama lain. Sementara orang orang serakah hanya memikirkan diri mereka sendiri."[]


"𝐌𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐚𝐠𝐢, 𝐦𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐟𝐨𝐤𝐮𝐬 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐚𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐟𝐨𝐤𝐮𝐬 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐚𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐡𝐢𝐥𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐀𝐧𝐝𝐚."

(Sally Pederson)


Dari buku

"The Heart of Gold"



AYAM ATAU JAGUNG?

"𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐚𝐥𝐚𝐦𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐰𝐚𝐛 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐝𝐞𝐩𝐚𝐧."

(George Bernard Shaw)


Seorang pasien di RSJ menganggap dirinya adalah sebutir jagung dan takut keluar RSJ karena akan bertemu dengan ayam-ayam yang akan mematuk dan memangsa dirinya. Dokter berusaha memberikan terapi untuk mengembalikan kepercayaan dirinya dan menyadarkan bahwa dirinya adalah seorang manusia.


Tahun pertama, dia masih menganggap dirinya sebagai sebutir jagung dan takut untuk keluar RSJ. Tahun kedua, mulai ada kemajuan. Walau dia masih menganggap dirinya sebutir jagung, tapi sudah berani untuk berjalan-jalan di areal sekitar RSJ. Tahun ketiga, dia berani keluar areal RSJ dengan ditemani seorang perawat walau masih sangsi apakah dirinya benar-benar seorang manusia. Tahun keempat, dia mulai percaya bahwa dirinya adalah seorang manusia.


Pada akhir tahun keempat, dokter yang puas akan kemajuan pasien tersebut merekomendasikan untuk mengeluarkan pasien tersebut dan membiarkannya kembali ke masyarakat untuk bersosialisasi.


Sebelum menandatangani surat rekomendasi pelepasan, sekali lagi dokter bertanya kepada pasien tersebut, 'Saudara masih merasa sebagai sebutir jagung atau seorang manusia?' Jawab pasien itu dengan tegas, 'Saya adalah seorang manusia!' kemudian sambungnya dengan lirih: 'Apakah ayam-ayam itu juga tahu bahwa saya adalah seorang manusia?'

"Lho, yang menentukan Anda seorang manusia bukankah Anda sendiri, bukan ayam-ayam itu kan?"[]


"𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒖𝒃𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒂𝒅𝒂𝒂𝒏, 𝒎𝒖𝒔𝒊𝒎, 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒂𝒏𝒈𝒊𝒏. 𝑻𝒂𝒑𝒊 𝒂𝒏𝒅𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒖𝒃𝒂𝒉 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒂𝒏𝒅𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊. 𝑰𝒕𝒖𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃."

(Jim Rohn)


Dari buku

"9 PRINSIP KESUKSESAN SANG JUARA'



IBU DENGAN SEPULUH ANAK

"𝐈𝐛𝐮 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐧𝐚𝐦𝐚 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐛𝐢𝐛𝐢𝐫 𝐝𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐚𝐧𝐚𝐤-𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥."

(William Makepeace Thackeray)


Terjadi Perang saudara di Mozambik pada antara gerilyawan dengan pemerintah. Tentu saja perang ini sangat berdampak bagi rakyat dan menimbulkan gelombang pengungsi besar-besaran terutama wanita dan anak-anak.

Tetsuko Kuroyanagi pada Oktober 1987 memberikan kesaksian apa yang dialaminya diantara para pengungsi.

"Kau punya berapa anak?" aku bertanya pada seorang ibu pengungsi yang sedang menyusui bayinya.

"Sebentar, kuingat-ingat dulu. Delapan. Oh bukan, sepuluh!" jawabnya.

Apakah dia tak bisa berhitung? aku bertanya-tanya dalam hati, tapi teryata bukan itu alasannya. la melanjutkan, "Aku punya lima anak kandung, tapi dalam perjalanan ke sini, ketika melarikan diri dari tentara gerilya, aku melihat beberapa anak menangis karena kehilangan orangtua mereka. Jadi aku juga membawa mereka." Aku bertanya lagi.

"Jika aku memberi sepotong roti sekarang,kau akan membaginya jadi berapa?" la menjawabku dengan segera.

"Sepuluh bagian, tentu saja."

Rasanya aku ingin bertepuk tangan. Di Jepang, saat perang berlangsung, aku sering melihat ibu yang memberikan makanan (yang sulit sekali didapatkan) kepada anak-anaknya, tanpa memperhatikan kebutuhannya sendiri. Itu hal biasa. Tapi jika seorang anak yang terpisah dari orangtuanya tampak kelaparan dan kebetulan berada di dekat situ, si ibu akan meminta maaf dan berkata, "Maaf, tapi anakku lapar sekali." Si ibu takkan membagi makanan kepada orang asing yang kelaparan. Aku bisa memahami situasi semacam itu. Tapi untuk ibu Mozambik ini, yang berlaku bukanlah anak"ku" tapi anak "kita"-semua anak di negaranya.

Sebaik itulah mereka. Aku berharap perang saudara segera berakhir dan mereka bisa hidup dalam kebebasan dengan masa depan menjanjikan.[]


(Tetsuko Kuroyanagi adalah wanita Jepang penulis buku "Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela". Buku tersebut terkenal karena bercerita tentang masa kecil penulisnya tentang pendidikan di negerinya yang menarik. Karena bukunya tersebut Tetsuko menjadi Duta Kemanusiaan UNICEF yang berkeliling dunia dan membagikan pengalamannya sehingga banyak orang lebih peduli akan penderitaan orang lain)

"𝚂𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚋𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚍𝚒𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚐𝚊𝚗𝚝𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚖𝚞𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝 𝚍𝚒𝚊𝚖𝚋𝚒𝚕 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗."

(Kardinal Mermillod)


Dari buku "Totto-Chan's Children" A Goodwill Journey of the World"

Keterangan foto: Tetsuko Kuroyanagi bersama pengungsi anak-anak


di Mozambik


Senin, 15 Januari 2024

DUA EKOR SINGA

"𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉, 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒆𝒏𝒕𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒃𝒊𝒂𝒔𝒂𝒂𝒏 𝒃𝒖𝒓𝒖𝒌; 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒏𝒕𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔."

(Denis Waitley)


Seorang anak bersama anaknya nampak sedan asyik memancing di sebuah telaga.

Tiba-tiba anaknya berkata: "Yah, beberapa malam ini, aku bermimpi aneh. Dalam mimpiku, ada dua ekor singa yang tampak sedang berkelahi dalam hatiku. Gigi-gigi mereka, terlihat runcing dan tajam. Keduanya sibuk mencakar dan menggeram, seperti saling ingin menerkam. Mereka tampak ingin saling menjatuhkan."

Anak muda ini terdiam sesaat. Lalu, mulai melanjutkan cerita, "Singa yang pertama, terlihat baik dan tenang. Geraknya perlahan namun pasti. Badannya pun kokoh dan bulunya teratur. Walaupun suaranya keras, tapi terdengar menenangkan buatku."


Ayahnya mulai menolehkan kepala, dan meletakkan pancingnya di pinggir haluan.

"Tapi, Ayah, singa yang satu lagi tampak menakutkan buatku. Geraknya tak beraturan, sibuk menerjang kesana-kemari. Punggungnya pun kotor, dan bulu yang koyak. Suaranya parau dan menyakitkan. Aku bingung, apakah maksud dari mimpi ini. Apakah singa-singa itu adalah gambaran dari sifat-sifat baik dan buruk yang ada pada diriku? Lalu, singa yang mana yang akan memenangkan pertarungan itu, karena sepertinya mereka sama-sama kuat?"

Melihat anaknya yang baru beranjak dewasa itu bingung, sang Ayah mulai angkat bicara. 

Sambil tersenyum, ayah berkata, "Pemenangnya adalah, yang paling sering kamu beri makan."


Ayahnya kembali tersenyum, dan mengambil pancingnya. Lalu, dengan satu hentakan kuat, di lontarkannya ujung kail itu ke tengah telaga. Tercipta kembali pusaran-pusaran air yang tampak membesar. Gelombang riak itu kembali menerpa sayap-sayap angsa putih yang sedang berenang di tepian telaga.


Begitulah, pada diri kita terdapat dua "singa" yang selalu bersaing. Keduanya berusaha saling menjatuhkan.

Jika setiap saat kita memendam marah, menebar prasangka dan dengki, bersikap tak sabar dan mudah menyerah, maka, akan jelaslah "singa" macam apa yang jadi pemenangnya.

Maka, biarkan "singa-singa" penuh semangat hadir dalam jiwa Anda. Rawatlah singa-singa itu dengan keluhuran budi, dan kebersihan nurani. Susunlah bulu-bulu kedamaiannya, cermati terus rahang persahabatannya. Perkuat punggung optimisnya, dan pertajam selalu kuku-kuku kesabaran miliknya. Biarkan singa ini yang jadi pemenang.


Namun, jangan biarkan "singa-singa" pemarah menguasai pikiran Anda. Jangan pernah berikan kesempatan bagi kedengkian itu untuk membesar, dan menjadi penghalang keberhasilan. Jangan biarkan rasa pesimis, jiwa yang gundah, tak sabar dan rendah diri menjadi pemimpin bagi Anda. 

Percayalah, imbalan yang kita peroleh, adalah gambaran dari apa yang kita berikan hari ini. 

Jadi, singa mana yang akan Anda beri makan hari ini? []


"𝙺𝚎𝚋𝚒𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚞𝚗𝚌𝚒 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚜𝚎𝚖𝚞𝚊 𝚔𝚎𝚜𝚞𝚔𝚜𝚎𝚜𝚊𝚗. 𝙺𝚎𝚋𝚒𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗 𝚋𝚞𝚛𝚞𝚔 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚙𝚒𝚗𝚝𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚔𝚞𝚗𝚌𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚓𝚞 𝚔𝚎𝚐𝚊𝚐𝚊𝚕𝚊𝚗."

(Og Mandino)


Dari buku

"Mengasah Hati"

44 Mutiara Hidup yang Akan Membuat Hati Anda Sebening Kaca



SIKAP REMOTE CONTROL

 "𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫 𝐩𝐨𝐬𝐢𝐭𝐢𝐟, 𝐡𝐚𝐥-𝐡𝐚𝐥 𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐣𝐚𝐝𝐢."

(Matt Kemp)


Sistem pendinginan ruangan diatur oleh seperangkat AC. Dengan adanya perangkat ini, maka suhu ruangan diatur sesuai dengan yang diinginkan.

Perangkat AC terdiri dari mesin AC yang akan menghasilkan udara sejuk dan sebuah remote control untuk menyalakannya 

Walaupun mesin AC sangatlah bagus namun jika remote control dalam posisi off, tentu saja tidak akan memberikan hasil apa pun, demikian juga kalau remote control tidak diatur optimal untuk menghasilkan yang terbaik, maka udara sejuk yang diharapkan tidak akan diperoleh Remote control itulah attitude (sikap) kita, dan sangat bergantung pada bagaimana kita mengoperasikan remote control tersebut. Keadaan luar (eksternal) yang tidak dapat dikontrol oleh mesin AC itu ialah perubahan cuaca yang bisa saja sejuk ataupun panas. 

Jika keadaan tidak menguntungkan seperti udara yang sangat panas, sebagai pemegang kontrol kita dapat menyetel suhu berapa yang diinginkan untuk mengalahkan panas tersebut. Attitude kita akan memberikan reaksi yang setimpal atas aksi yang terjadi di luar.


Attitude adalah pilihan dalam menentukan cara pandang terhadap kondisi eksternal yang kita hadapi dengan cara mengubah dan menyesuaikan kondisi internal. Attitude adalah suatu mekanisme yang dapat dipengaruhi dari dalam diri sendiri dan setiap manusia memegang kontrol 100% atas tindakan yang dilakukannya. 

Seorang yang berpikir positif, akan melihat bahwa 10% bagian hidupnya adalah fakta, sementara 90% sisanya adalah bagaimana dia bersikap terhadap fakta-fakta tersebut. 

Tanpa sikap positif, kita tidak dapat mengaktifkan secara maksimal prinsip sukses yang lain. Namun jika kita mampu mengombinasikan positive attitude dengan prinsip sukses lainnya, kita akan menjadi seorang juara sejati dalam hidup ini.[]


"𝑯𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝟏𝟎 𝒑𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝟗𝟎 𝒑𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒆𝒂𝒌𝒔𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑𝒏𝒚𝒂."

(Charles Swindoll)


Dari buku

"Fight Like a Tiger, Win Like a Champion"



SEORANG AYAH DI HARI IBU

 

"𝐒𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐠𝐮𝐦𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐠𝐢 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐀𝐲𝐚𝐡 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐩𝐮𝐭𝐫𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐜𝐢𝐧𝐠, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐤𝐡𝐮𝐬𝐮𝐬 𝐝𝐢 𝐬𝐮𝐫𝐠𝐚 𝐛𝐚𝐠𝐢 𝐀𝐲𝐚𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐩𝐮𝐭𝐫𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐚."

(John Sinor)


"Gangga...!", seorang guru memanggil pria setengah baya yang sedang merapihkan tanaman di sebuah sekolah internasional.

"Ditunggu di ruangan kepala sekolah. Sekarang...!" lanjut guru itu, kemudian meninggalkannya.

Segera pekerja itu membersihkan tangannya, merapihkan pakaian kerjanya dan berlari ke ruang kepala sekolah.


"Masuk.." terdengar suara dari balik pintu usai Gangga mengetuknya.

Seorang perempuan setengah baya yang berambut perak disimpul gaya Prancis, berbusana indah, dan kacamata bertengger di batang hidungnya menunjuk pada lembaran-lembaran kertas di atas mejanya sambil berkata, "Baca ini!"


"Maaf, saya tidak bisa membaca, Bu. Andai kata ada kesalahan, mohon beri saya kesempatan untuk memperbaikinya. Saya selalu berutang budi karena Ibu telah mengizinkan putri saya sekolah di sini tanpa harus membayar. Tidak pernah terbayangkan bahwa anak saya akan memiliki kesempatan yang sebaik ini," ujar Gangga dengan suara gemetar.


"Bukan itu maksud saya. Kami mengizinkan putrimu belajar di sini semata-mata karena ia sangat pandai dan karena kamu pekerja yang baik. Saya akan meminta seorang guru membacakan tulisan pada kertas ini untukmu. Ini adalah hasil Ujian menulis karangan anakmu. Saya ingin kamu mengetahuinya."


"𝑯𝒂𝒓𝒊 𝒊𝒏𝒊, 𝒌𝒂𝒎𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒕𝒖𝒈𝒂𝒔 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒍𝒊𝒔 𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝑰𝒃𝒖. 𝑫𝒂𝒉𝒖𝒍𝒖, 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝒅𝒊 𝒅𝒆𝒔𝒂 𝒌𝒆𝒄𝒊𝒍 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒑𝒆𝒏𝒄𝒊𝒍 𝒅𝒊 𝒕𝒆𝒑𝒊 𝒔𝒖𝒏𝒈𝒂𝒊. 𝑫𝒊 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒊𝒕𝒖, 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒊𝒅𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒐𝒃𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒚𝒂𝒌 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒎𝒊𝒎𝒑𝒊 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒌𝒂. 𝑫𝒂𝒓𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒌𝒆 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖, 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒊𝒃𝒖-𝒊𝒃𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒉𝒊𝒓𝒌𝒂𝒏. 𝑰𝒃𝒖 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒑𝒆𝒓𝒆𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕, 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝑨𝒚𝒂𝒉 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒕𝒖-𝒔𝒂𝒕𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒆𝒏𝒅𝒐𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒂 𝒊𝒕𝒖.


𝑨𝒏𝒄𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒌𝒖𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒌𝒂𝒉 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒖𝒔𝒂𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒏𝒚𝒂 𝑰𝒃𝒖, 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝒃𝒆𝒓𝒈𝒆𝒎𝒊𝒏𝒈, 𝒃𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏, 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈, 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒍𝒂𝒏𝒈𝒔𝒖𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒎𝒑𝒖𝒏𝒈 𝒉𝒂𝒍𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒘𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏, 𝒔𝒆𝒓𝒕𝒂 𝒈𝒂𝒚𝒂 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒎𝒆𝒘𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒖𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏 𝒘𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒅𝒆𝒔𝒂.


𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓𝒂 𝒌𝒆 𝒔𝒂𝒏𝒂 𝒌𝒆 𝒔𝒊𝒏𝒊, 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒕𝒊𝒃𝒂 𝒅𝒊 𝒌𝒐𝒕𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒕𝒂, 𝒌𝒆𝒄𝒖𝒂𝒍𝒊 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒑𝒆𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂. 𝑨𝒚𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝒌𝒆𝒓𝒂𝒔 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒂𝒍 𝒍𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒉𝒂𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒉𝒆𝒏𝒕𝒊. 𝑲𝒊𝒏𝒊, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒖𝒌𝒂𝒊 𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏-𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒌𝒂𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂. 𝑨𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒃𝒊𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏-𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕.

𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒌𝒊𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒎𝒂, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏-𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒕𝒂-𝒎𝒂𝒕𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒕𝒊 𝒔𝒂𝒚𝒂. 𝑨𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒔𝒌𝒊𝒑𝒖𝒏 𝒉𝒂𝒍 𝒊𝒕𝒖 𝒋𝒂𝒖𝒉 𝒅𝒊 𝒍𝒖𝒂𝒓 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂. 𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒚𝒖𝒌𝒖𝒓 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒏𝒊 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒃𝒆𝒓𝒏𝒂𝒖𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒏𝒚𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒂𝒚𝒂𝒉. 𝑺𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒏𝒊 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒓𝒆𝒔𝒑𝒆𝒌 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒚𝒂𝒉, 𝒅𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒑𝒆𝒏𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒊𝒅𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒑𝒖𝒕𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂. 𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒉𝒂𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒎𝒃𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒓𝒂𝒌𝒕𝒆𝒓 𝒖𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒃𝒖, 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒈𝒂𝒎𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒊𝒏𝒊 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒊 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂.


𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒔 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒎𝒃𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒓𝒂𝒌𝒕𝒆𝒓 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒃𝒖, 𝒔𝒆𝒋𝒂𝒕𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒖𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊𝒏𝒚𝒂. 𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒆𝒓𝒆𝒍𝒂𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒓𝒂𝒌𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒖𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒃𝒖, 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒓𝒆𝒍𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒂𝒏𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂. 𝑺𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕𝒏𝒚𝒂, 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒆𝒓𝒊𝒂 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒃𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒅𝒊𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂, 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒔 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉𝒂𝒏, 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂, 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒃𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒅𝒊 𝒃𝒖𝒎𝒊 𝒊𝒏𝒊.


𝑷𝒂𝒅𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝑰𝒃𝒖 𝒊𝒏𝒊, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑 𝒂𝒈𝒂𝒓 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒅𝒊 𝒅𝒖𝒏𝒊𝒂. 𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒐𝒓𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒂𝒚𝒂𝒉. 𝑫𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒕𝒖𝒌𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒃𝒖𝒏 𝒅𝒊 𝒔𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒏𝒊 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂. 𝑴𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊, 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊, 𝒉𝒂𝒍 𝒊𝒏𝒊 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒓𝒕𝒊 𝒅𝒊𝒃𝒂𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒈𝒆𝒏𝒂𝒑 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒂𝒚𝒂. 𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉"


Terdengar isak tangis halus Gangga usai tulisan dari putrinya dibacakan. Terik ganas matahari tidak akan pernah membasahi baju Gangga. Namun, kata-kata indah sang putri telah membasahi dada Gangga dengan tetesan air mata. la berdiri dengan tangan terlipat lalu mengambil kertas kertas tersebut dan mendekapnya di dada.


Suasana hening itu dipecahkan oleh suara ibu kepala sekolah terdengar rendah dan lembut, "Gangga, putrimu akan mendapat nilai seratus untuk karangannya. Ini adalah tulisan terbaik, tentang hari Ibu, yang pernah ada sepanjang sejarah sekolah ini. Lusa, kami akan menyelenggarakan perayaan hari Ibu. Kami pun telah memutuskan untuk mengundang dirimu sebagai tamu kehormatan. Acara hari Ibu kali ini untuk mempersembahkan penghargaan tertinggi bagi kasih sayang yang indah dan pengorbanan luar biasa yang bisa dilakukan oleh seorang laki-laki untuk membesarkan anaknya.


Acara ini juga dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa tidak perlu menjadi seorang perempuan agar bisa menjadi orang tua yang sempurna. Selain itu, hal terpenting adalah acara ini untuk mendorong, menghargai, dan mengakui keyakinan putrimu untukmu. Kami ingin membuat putrimu merasa bangga, dan untuk mengumumkan kepada seisi sekolah ini bahwa kami bangga memiliki orang tua terbaik di bumi ini seperti pernyataan putrimu.


Gangga, dirimu adalah tukang kebun sejati yang tidak hanya menjaga kebun kami untuk tetap indah, tetapi juga dirimu telah berhasil menumbuhkan dan memelihara setangkai bunga yang berharga dalam hidupmu dengan cara yang indah dan tak terbayangkan. Nah, Gangga, apakah kamu bersedia menjadi tamu kehormatan kami pada acara tersebut?"[]


“𝚂𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚢𝚊𝚑 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚓𝚎𝚓𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚙𝚞𝚝𝚛𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚒𝚜𝚊 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚗𝚢𝚊.”

(Dr.James Dobson)


Dari buku "Dari Kuntum Menjadi Bunga" julid 3

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...