Selasa, 27 September 2022

NYALAKAN LILIN DALAM HIDUPMU


Suatu hari,ada seorang buta yang berkunjung ke rumah seorang temannya.Saat akan pulang,hari sudah senja,dan karenanya,temannya menawarkan sebuah lampion untuk dibawa.
“Saya buta,tidak memerlukan lampion” kata orang buta tadi.
“Saya tahu kamu tidak memerlukan lampion,tapi kalau kamu tidak membawa lampion,orang lain mungkin akan menabrakmu di jalan.Jadi bawalah lampion ini”
Setelah mendengar penjelasan temannya,orang buta itu pun pulang sambil membawa lampion di tangannya.
Tidak lama di perjalanan,orang buta itu ditabrak oleh seseorang didepannya.
”Hei..!,Siapa yang menabrakku ini,apa tidak bisa melihat lampion ini?”
“Maafkan saya,tapi lilin dalam lampionmu padam,Saya tak bisa melihatmu”
Orang buta itu langsung menjawab “Bukan lilinku yang padam,tapi lilin dalam hatimu yang sudah padam”

PESAN :
Seseorang yang tidak mempunyai pikiran positif susah untuk melihat hal-hal yang positif dalam pikirannya.Begitu juga dengan orang yang hidupnya bagai tidak mempunyai pelita ibarat lilin,hidupnya pasti gelap gulita.Nyalakan pelita dalam hidupmu,biarkan ia menerangi masa depan dankehidupan orang di sekitarmu

Dari buku
SIMPLIFY YOUR LIFE WITH ZEN
35 Kisah Zen untuk menyederhanakan masalah hidup

Senin, 26 September 2022

MURID-MURID KELAS B

 

“Belajar tidak dicapai secara kebetulan; itu harus dicari dengan semangat dan ketekunan.” 

(Abigail Adams)


Sebuah Sekolah di Inggris suatu saat melakukan sebuah penelitian.

Pada akhir tahun ajaran diadakanlah sebuah ujian dalam rangka memilih anak-anak untuk pembagian kelas pada tahun berikutnya. Akan tetapi, hasil ujian itu tak pernah diumumkan. Dalam kerahasiaan, hanya kepala sekolah dan para pakar psikologi saja yang mengetahui.

Yang dilakukan adalah: anak-anak yang mendapat peringkat satu ditempatkan di kelas yang sama dengan anak-anak yang mendapat peringkat empat dan lima, delapan dan sembilan, dua belas dan tiga belas, dan selanjutnya. Sementara anak-anak yang mendapat peringkat dua dan tiga pada ujian tersebut ditempatkan pada kelas yang sama dengan anak-anak yang mendapat peringkat enam dan tujuh, sepuluh dan sebelas, dan selanjutnya. Dengan kata lain, berdasarkan prestasi selama ujian, anak-anak dibagi rata menjadi dua kelas. Para guru pun diseleksi berdasarkan kesetaraan kemampuan. Bahkan setiap ruang kelas diberi fasilitas yang sama. Segala sesuatunya dibuat sesetara mungkin, kecuali untuk satu hal: satu disebut "kelas A" (kelas unggulan) dan yang lain disebut "kelas B" (kelas reguler)


Pada kenyataannya, setiap kelas memiliki anak-anak yang setara kemampuannya. Tetapi di benak setiap orang, anak-anak dari kelas A dianggap sebagai anak-anak yang cerdas, sedangkan anak-anak dari kelas B dianggap tak begitu pandai. Beberapa orang tua dari anak-anak kelas A mendapat kejutan yang menyenangkan karena anak-anaknya telah lulus dengan baik dan menghadiahi mereka dengan bingkisan dan pujian. Sementara beberapa orang tua dari anak-anak kelas B nampak kecewa, karena mereka dianggap tak berusaha cukup keras selama ujian. Bahkan para guru pun mengajar anak-anak kelas B dengan sikap yang berbeda; dengan tidak berharap banyak dari mereka. Sepanjang tahun ajaran, ilusi tersebut terus dipertahankan. Lalu tibalah ujian akhir tahun berikutnya.


Hasilnya cukup mengejutkan . Anak-anak kelas A menunjukkan prestasi yang lebih baik daripada anak-kanak kelas B. Pada kenyataannya, hasilnya juga akan seperti itu jika dulunya mereka terpilih sebagai setengah dari yang teratas pada ujian tahun lalu. Mereka benar-benar menjadi anak-anak kelas A (kelas unggulan). Dan di kelompok lain, walaupun setara pada tahun lalu, mereka menjadi anak-anak kelas B (kelas biasa) sungguhan.

Seperti apa mereka diajar sepanjang tahun, seperti apa mereka diperlakukan, seperti apa mereka dipercaya, demikianlah jadinya mereka.[]

"Pendidikan bukanlah mengisi ember, tetapi menyalakan api.”

(WB Yeats)


Dari buku

"Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya"

RENDAH HATI, BUKAN RENDAH DIRI



"𝐑𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐟𝐥𝐞𝐤𝐬𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐡𝐰𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐝𝐢𝐫𝐢. 𝐑𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐦𝐞𝐫𝐮𝐩𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐰𝐮𝐣𝐮𝐝 𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐬𝐲𝐮𝐤𝐮𝐫."

Seorang filsuf bergegas menaiki sebuah kapal kecil menuju ke suatu tempat yang berada di seberang. Waktu tempuh perjalanan yang diperlukan lebih kurang empat puluh menit lamanya. Setelah beberapa lama kapal itu beranjak dari tempatnya bersandar, tiba-tiba filsuf itu merasakan bosan sehingga ia pun bergegas keluar dari ruang penumpang menuju ke atas kapal untuk melihat-lihat pemandangan sekaligus mencari teman untuk berbincang. la pun mendapati seseorang di atas geladak kapal yang ternyata salah seorang awak kapal yang melaut itu.

Setelah keduanya saling memperkenalkan diri, di tengah perbincangan sang filsuf bertanya kepada awak kapal, "Apakah Anda mengerti tentang filosofi?" "Mohon maaf, Pak, saya tidak mengerti apa itu filosofi," jawab awak kapal. "Oh, ya? Wah, sayang sekali ... jika demikian berarti Anda telah kehilangan setengah dari seluruh kehidupan Anda," ucap sang filsuf. Kemudian filsuf itu melanjutkan pertanyaannya, "Apakah Anda mengerti ilmu matematika?" "Saya tidak mengerti, Pak," jawab awak kapal tersebut. Mendengar jawaban itu, sang filsuf menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata, "Sayang sekali, saya sangat menyayangkan bahkan Anda tidak mengerti akan matematika. Berarti Anda telah kehilangan lagi setengah dari kehidupan Anda." Awak kapal itu pun semakin tidak mengerti apa gerangan maksud dari filsuf itu menanyakan pertanyaan-pertanyaan itu kepadanya.

Suasana pun hening beberapa saat. Kemudian, awak bertanya kapal  itu  kepada sang filsuf. "Maaf, Pak, tadi Anda bertanya dua hal kepada saya dan saya tidak bisa menjawabnya karena keterbatasan saya. Sekarang bolehkah saya bertanya kepada Anda?" ucap awak kapal itu ketika menyadari bahwa ada beberapa bagian kapal itu yang mulai terendam air akibat hantaman ombak yang kencang. Filsuf itu tidak menyadari akan hal itu. Dengan gagahnya sang filsuf berkata, "Oh, tentu boleh dan saya akan menjawabnya."

"Pak ... apakah Bapak bisa berenang?" tanya awak kapal. "Sepertinya kapal ini akan tenggelam, Pak ..., ? lanjut awak kapal sembari menunjukkan ke bagian kapal yang mulai tergenang air. Dengan cepat sang filsuf menggelengkan kepalanya. Seketika itu juga ia ketakutan bukan main dan berkata, "Saya tidak bisa berenang, cepat tolonglah saya." Melihat kejadian itu, awak kapal menertawakan sang filsuf dan berkata, "Sayang sekali, Pak, berenang saja Anda tidak bisa. Itu artinya Anda akan kehilangan seluruh kehidupan Anda sekarang."[]

"𝑲𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈𝒖𝒏 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒌𝒔𝒆𝒔𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖𝒊 𝒇𝒐𝒏𝒅𝒂𝒔𝒊 𝒌𝒆𝒔𝒐𝒎𝒃𝒐𝒏𝒈𝒂𝒏; 𝒌𝒆𝒓𝒆𝒏𝒅𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒕𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒇𝒐𝒏𝒅𝒂𝒔𝒊 𝒔𝒖𝒌𝒔𝒆𝒔 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒌𝒂𝒏𝒅𝒖𝒏𝒈 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒚𝒖𝒌𝒖𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎."
(Davit Setiawan)

Dari buku
"I Believe I Can Fly!"
150 Kisah Inspirasional yang Membuat Kesuksesan Berlari Menuju Anda

Senin, 12 September 2022

MENYERU DENGAN DETERGEN


Molekul air yang memiliki gaya tarik sejenis (kohesi) yang lebih besar dibandingkan dengan gaya tarik dengan molekul yang tidak sejenis (adhesi) menyebabkan air tampak kompak dalam satu kesatuan yang sulit terpisahkan dibanding zat lain seperti bensin atau udara misalnya.


Itulah sebabnya mengapa air cenderung menegang dan membentuk selaput tipis di permukaannya, lantaran adanya tegangan permukaan yang bersumber dari sifat kohesinya. Dengan adanya tegangan permukaan ini membuat air tidak menenggelamkan benda-benda seperti jarum, penjepit kertas (klip) serta dapat dipijak oleh berbagai serangga atau bahkan berjalan di atas permukaannya. 

Tegangan permukaan juga membuat pakaian yang kotor menjadi susah dibersihkan karena air sulit menembus celah diantara pakaian kotor jika tidak menggunakan detergen.


Sifat kohesi air menyebabkan dia cenderung lebih menyukai berkumpul dalam ikatannya sendiri dibandingkan melepaskannya dan bergabung dengan ikatan yang berbeda.


Dengan adanya detergen, maka sifat kohesi air jadi berkurang, maka otomatis ikatan antar molekulnya menjadi berkurang pula. Sehingga dengan demikian, air dapat lebih "cair" dan dapat masuk ke sela-sela serat kain sekaligus membersihkan bagian kotornya.


Betapa banyak "air" di sekitar kita, yang senantiasa berusaha membersihkan tempat yang kotor hanya dengan mengajak, menghimbau, atau menyampaikan tanpa bantuan "detergen" sehingga tidak pernah terjun langsung ke sela-sela tempat kotor tersebut untuk membersihkannya dari dalam. Ajakan kebaikan dari penyeru seperti ini akan terasa hambar belaka.


Temukanlah "detergen" yang dapat menurunkan 

kekakuan tersebut melalui perjalanan hidup penuh warna, keberanian menceburkan diri dalam banyak hal, tenggelam dalam berbagai benturan pemikiran, serta kemampuan menarik benang merah dari dari semua peristiwa yang telah dilaluinya.

Ajakan kebaikan dengan menggunakan filosofi detergen seperti itu pastilah akan memiliki daya himbau yang besar dan tidak terasa hambar ...[]


Dari buku

"SAINSPIRASI"

Inspirasi Kehidupan Berdasarkan Fenomena Sains

Minggu, 11 September 2022

DUA BATA MIRING


Saya adalah seorang fisikawan teori dan guru SMA sebelum menjadi biksu, tidak terbiasa bekerja kasar. Setelah beberapa tahun, saya menjadi cukup terampil bertukang, bahkan saya menjuluki tim saya "BBC" (Buddhist Building Company). 

Pada tahun 1983 dengan modal yang pas-pasan, kami para biksu membangun sebuah wihara.


Pada saat membangun tembok, saya pastikan setiap batu bata terpasang sempurna, tak peduli berapa lama jadinya. Akhirnya saya menyelesaikan tembok batu bata saya yang pertama dan berdiri dibaliknya untuk mengagumi hasil karya saya. Semua batu bata lain sudah lurus, tetapi terdapat dua batu bata yang tampak miring. Tentu saja dua bata tersebut merusak keindahan seluruh tembok.


Karena semen adukan sudah mengeras, saya bertanya kepada kepala wihara apakah saya boleh membongkar tembok itu dan memperbaiki letak dua bata tersebut. Namun Kepala wihara bilang tak perlu, biarkan saja temboknya seperti itu.


Kira-kira tiga bulan setelah saya membangun tembok itu, saya berjalan dengan seorang pengunjung dan dia melihatnya.


"Sebuah tembok yang indah," ia berkomentar dengan santainya.


"Pak" saya menjawab dengan terkejut, "Tidakkah Anda melihat dua batu bata miring yang merusak keseluruhan tembok itu?"


Apa yang ia ucapan selanjutnya telah mengubah keseluruhan pandangan saya terhadap tembok itu, berkenaan dengan diri saya sendiri dan banyak aspek lainnya dalam kehidupan. Dia berkata, "Ya, saya bisa melihat dua bata jelek itu, namun saya juga bisa melihat 998 batu bata yang bagus."


Saya tertegun. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga bulan, saya mampu melihat batu bata-batu bata lainnya selain dua bata jelek itu. Di atas, di bawah, di kiri, dan di kanan dari dua batu bata jelek itu adalah batu bata-batu bata yang bagus, batu bata yang sempurna. Lebih dari itu, jumlah bata yang terpasang sempurna, jauh lebih banyak daripada dua bata jelek itu. Selama ini, mata saya hanya terpusat pada dua kesalahan yang telah saya perbuat; saya terbutakan dari hal-hal lainnya. Itulah sebabnya saya tak tahan melihat tembok itu, atau tak rela membiarkan orang lain melihatnya juga. Itulah sebabnya saya ingin membongkarnya. Sekarang, saya dapat melihat batu bata-batu bata yang bagus, tembok itu jadi tampak tak terlalu buruk lagi. Tembok itu menjadi, seperti yang dikatakan pengunjung itu, "Sebuah tembok yang indah." Tembok itu masih tetap berdiri sampai sekarang, setelah dua puluh tahun, namun saya sudah lupa persisnya di mana dua bata jelek itu berada. Saya benar-benar tak dapat melihat kesalahan itu lagi.


Kita semua memiliki "dua bata jelek", namun bata yang baik di dalam diri kita masing-masing, jauh lebih banyak daripada bata yang jelek. Begitu kita melihatnya, semua akan tampak tak terlalu buruk lagi. Bukan hanya kita bisa berdamai dengan diri sendiri, termasuk dengan kesalahan-kesalahan kita.


Saya telah beberapa kali menceritakan anekdot ini. Pada suatu pertemuan, seorang tukang bangunan mendatangi dan memberi tahu saya tentang rahasia profesinya.


"Kami para tukang bangunan selalu membuat kesalahan," katanya, "tetapi kami bilang ke pelanggan kami bahwa itu adalah "ciri unik" yang tiada duanya di rumah-rumah tetangga. Lalu kami menagih biaya tambahan ribuan dolar!"


Jadi, "ciri unik" di rumah Anda, bisa jadi, awalnya adalah suatu kesalahan. Dengan cara yang sama, apa yang Anda kira sebagai kesalahan pada diri Anda, rekan Anda, atau hidup pada umumnya, dapat menjadi sebuah 'ciri unik' yang memperkaya hidup Anda di dunia ini, tatkala Anda tidak lagi terfokus padanya.[]


(Diceritakan oleh Peter Betts yang kemudian mengubah namanya menjadi Ajahn Brahm dalam buku "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya")

Kamis, 08 September 2022

𝘾𝙃𝘼𝙍𝙉𝙀𝙔 𝘿𝘼𝙉 𝘽𝙐𝙉𝙂𝘼 𝙋𝙀𝙉𝙅𝘼𝙍𝘼


Seorang warga Perancis bernama Charney telah melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan Napoleon,oleh sebab itu ia dijebloskan ke dalam penjara. Dia merasa telah ditinggalkan oleh teman-temannya dan dilupakan oleh setiap orang di luar penjara. Dalam kesendirian dan keputusasaannya, Charney mengambil sebuah batu dan menggoreskannya pada dinding selnya sebuah kalimat; "𝐓𝐚𝐤 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠𝐩𝐮𝐧 𝐩𝐞𝐝𝐮𝐥𝐢."

Pada suatu hari sebuah tunas tumbuh pada lantai penjara di tempat bekas sebuah batu yang ia ambil tersebut. Tunas itu menjulur ke arah terang yang masuk melalui jendela kecil selnya. Setiap hari setiap ada kesempatan keluar sel, Charney membawa air untuk menyirami tunas itu. Tunas itu terus bertumbuh dan akhirnya menjadi sebuah tanaman. Beberapa hari kemudian tanaman itu mengeluarkan kuncup bunga yang berwarna indah. Hari berganti hari, akhirnya kuncup bunga itu mekar dengan sangat indahnya. Di tengah-tengah kesendirian Charney menghayati pertumbuhan tunas itu menjadi tanaman yang berbunga indah.


Kemudian Charney menggoreskan kalimat  "𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐝𝐮𝐥𝐢," di atas goresan kalimatnya yang pertama dengan batu yang sama. Tulisan itu bukan sekedar tulisan tanpa makna, tetapi Tuhan benar-benar mempunyai berkat bagi tahanan itu.


Di sel yang lain seorang tahanan yang memiliki perempuan yang diizinkan menjenguk para tahanan. la juga menengok arah Charney ditempatkan. Perempuan ini juga mendengar kasih Charney kepada sebuah tanaman yang tumbuh di selnya. Berita tersebut kemudian disampaikan kepada Ratu Josephine yang terkenal ramah itu. Ratu berkata, "𝑺𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉-𝒔𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉 𝒎𝒆𝒎𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒓𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒉𝒂𝒕."

Sang ratu kemudian membujuk Napoleon untuk membebaskan Charney, dan Charney pun dibebaskan. Charney membawa tanaman bunga itu ke rumahnya dan dengan hati-hati memelihara bunga tersebut. Hal itulah yang mengajarkan kepadanya percaya kepada Tuhan dan kepeduliannya terhadap orang yang lemah.


𝙱𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊𝚙𝚞𝚗 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚕𝚊𝚔𝚞 𝚑𝚞𝚔𝚞𝚖 𝚝𝚊𝚋𝚞𝚛 𝚝𝚞𝚊𝚒. 𝙰𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚝𝚊𝚋𝚞𝚛, 𝚜𝚞𝚊𝚝𝚞 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚊𝚒𝚗𝚢𝚊. 𝚂𝚎𝚜𝚞𝚊𝚝𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚕𝚊𝚔𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒 𝚝𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚖𝚋𝚞𝚗𝚢𝚒, 𝚜𝚞𝚊𝚝𝚞 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚔𝚎𝚝𝚊𝚑𝚞𝚒 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗. 𝙺𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚍𝚒𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚍𝚒𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗, 𝚕𝚊𝚔𝚞𝚔𝚊𝚗𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚋𝚊𝚒𝚔𝚊𝚗, 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚗𝚒𝚕𝚊𝚒, 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚊𝚝𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚊𝚒𝚔, 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚋𝚒𝚓𝚊𝚔, 𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚜𝚞𝚔𝚜𝚎𝚜 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊.[]


Dari buku

"Inspirasi Sukses 2"

Buku Wajib Bagi Mereka Yang Ingin Sukses


Keterangan foto: "Picciola" lukisan karya Robert Braithwaite Martineau (1853) yang menggambarkan Charney, bunga dan penjara




TIDAL LOCKING DALAM HIDUP



"Hidup itu seperti naik sepeda. Untuk menjaga keseimbanganmu, kamu harus terus bergerak." 

(Albert Einstein)


Selain berputar pada porosnya (rotasi), bulan juga berputar mengelilingi bumi (revolusi)

Namun karena periode rotasi bulan sama dengan periode revolusi terhadap bumi, maka permukaan bulan yang berhadapan dengan bumi selalu sama di belahan bumi manapun. Lama waktu bulan berotasi sama dengan waktu bulan untuk berevolusi mengelilingi bumi yaitu sekitar 27,3 hari.


Adanya fenomena ini merupakan cara bulan untuk mencapai kesetimbangan. Massa bumi yang jauh lebih besar daripada bulan menyebabkan gravitasi bumi menjadi lebih dominan. Oleh karena adanya torsi gaya bumi tersebut, maka gerak rotasi bulan seakan mengalami pengereman, hingga akhirnya menjadi sama dengan periode revolusinya. Keduanya terus-menerus melakukan gerak dinamis namun di saat yang sama keduanya juga saling melakukan pengereman, sehingga tetap saling terjaga jarak antara keduanya.


Fenomena tersebut oleh para ahli disebut dengan istilah "tidal locking" atau penguncian gravitasi. Jadi, akibat adanya tidal locking tersebut, maka terjadilah kesetimbangan gaya antara bumi dengan bulan. Kesetimbangan gaya itulah yang membuat bulan tidak lepas kendali sehingga keluar orbit menghilang di tengah luasnya alam semesta. Atau sebaliknya, tertarik oleh gravitasi bumi lalu meluncur menghasilkan tabrakan dahsyat luar biasa.


Dengan adanya Prinsip tidal locking maka akan terjadi gerak yang terus menerus dan saling menjaga antara bulan dan bumi.

Demikian juga manusia: dia harus rajin aktif bergerak, berusaha, berbuat kebaikan, merealisasikan target yang sudah direncanakan. 

Karya inilah yang kelak akan ditinggalkan sebagai rekam jejak kepada generasi selanjutnya.


Kesetimbangan dicapai bila bumi dan bulan melakukan pengereman. Adanya pengereman inilah yang mengakibatkan gerak dinamis bumi dan bulan menjadi terkendali, tidak bebas lepas dan tidak tak terbatas. Torsi gaya yang bekerja di antara keduanya membuat mereka terus bergerak namun tetap menjaga jarak. Bergerak melintasi alam semesta namun tetap berada di orbitnya.


Ini artinya, dipersilakan kita bebas menjadi apapun sesuai keinginan namun jangan lupa bahwa kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan orang lain dan yang lebih tinggi adalah aturan dari Sang Pemberi Hidup.


Dengan mengendalikan semua keinginan yang tidak perlu, mengutamakan yang harus didahulukan, memberi pertolongan bagi yang memerlukan, maka keseimbangan hidup bisa tercapai.[]


"Kebahagiaan bukanlah masalah intensitas tetapi tentang keseimbangan, keteraturan, ritme, dan harmoni."

(Thomas Merton)


Dari buku

"SAINSPIRASI"

Inspirasi Kehidupan Berdasarkan Fenomena Sains

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...