وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
"𝑫𝒂𝒏 𝑫𝒊𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒖𝒈𝒆𝒓𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒓𝒆𝒛𝒆𝒌𝒊 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒂𝒓𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒊𝒂 𝒅𝒖𝒈𝒂. 𝑺𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒂𝒘𝒂𝒌𝒂𝒍 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉, 𝒏𝒊𝒔𝒄𝒂𝒚𝒂 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒖𝒌𝒖𝒑𝒌𝒂𝒏 (𝒌𝒆𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖𝒂𝒏)-𝒏𝒚𝒂. 𝑺𝒆𝒔𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒏𝒕𝒂𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒓𝒖𝒔𝒂𝒏-𝑵𝒚𝒂. 𝑺𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉, 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒏𝒕𝒖𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖."
(Q.S. At-Thalaq [65]:3)
Suatu hari pada 2014,
Begitu taksi mulai meluncur, Ustad Uyad Albantani, sang penumpang, mengajak ngobrol driver.
"Sudah lama bawa taksi, Mas?" tanya Ustad Uyad
"Belum, Pak. Baru beberapa bulan" jawab driver taksi.
Sebelumnya dimana?"
Driver itu lalu bercerita. Karena perusahaan tempat dia kerja bangkrut, maka dia terkena PHK. Alumnus teknik mesin ITS itu lalu memboyong keluarganya dari Surabaya ke Jakarta untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Dengan empat anak dan yang paling besar mau tamat SMA tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Tanya Ustad "Berapa pendapatan dari naik taksi ini, Mas?"
"Alhamdulillah, kalau dirata-rata saya bisa dapatkan Rp.75.000 sehari. Kalau lagi bagus bisa sampai Rp.150.000. Tapi seringnya tidak tentu juga Pak"
"Cukup segitu untuk nafkah keluarga?" tanya Ustad lagi.
"Insya Allah, cukup, Pak, daripada tidak ada sama sekali."
Kata Ustadz Uyad "Masya Allah, kok, bisa cukup, ya Mas Ini di Jakarta, lho."
"Kalau dihitung-hitung, ya tidak cukup, Pak. Hanya saja, sekarang saya merasa lebih tenang. Alhamdulillah, sekarang, saya bisa bekerja sambil mengurus masjid. Alhamdulillah, saya masih bisa rutin bersedekah. Sebanyak 10% dari hasil menarik taksi, saya menginfakkannya untuk masjid."
"Ya Allah. Jadi, uang itu masih dipotong lagi untuk bersedekah?" (Tak terasa air mata Ustadz Uyad menetes, haru).
"lya, Pak. Mumpung Allah sedang mengasih kesempatan saya bersedekah. Dahulu, ketika saya masih berjaya, boro-boro saya mau bersedekah, Pak, hingga habislah segala sesuatu yang dimiliki saya. Saya bersyukur sekali karena sekarang bisa dekat dengan Allah."
Tanpa terasa, mobil sudah memasuki portal menuju terminal 1B Bandara Sukarno-Hatta. Argometer menunjukkan Rp.115.000, namun Ustad Uyad membayar dengan Rp.150.000 karena terharu akan kisah driver taksi tadi. Sebelum keluar dari mobil, Ustad kembali memberikan Rp.2.000.000 kepada sang driver.
"Ini untuk anak istri di rumah, ya. Salam untuk keluarga," ujar Ustadz Uyad sambil beranjak keluar dari taksi. Tiba-tiba, sopir taksi keluar dari taksinya lalu menyusul Ustadz Uyad.
"Masya Allah, Pak, ini kebanyakan," ujar sopir taksi sambil menyodorkan kembali uang tersebut.
"Oh, tidak apa-apa. Kebetulan saya lagi ada titipan rezeki dari Allah, dan saya mau menyedekahkan kepada orang yang ahli sedekah. Senang bisa bertemu dengan Bapak. Tolong, jangan dikembalikan. Berilah kesempatan Allah mencatat sebuah amal jariyah untuk saya," jawab Ustadz Uyad. Dengan mata yang berkaca-kaca, sopir taksi menerima uang tersebut sambil memeluk Ustadz Uyad. Mereka berpisah, dan suasana haru itu pun berlalu sebagaimana detik yang lari meninggalkan waktu.
Lobi Hotel J.W.Marriot pada suatu malam 2016,
Ketika sedang asyik mengobrol dengan kawan-kawannya, tiba-tiba datang office boy menghampiri Ustadz Uyad sambil menyerahkan sebuah amplop.
"Apa ini?" tanya Ustadz Uyad.
"Tidak tahu, Pak. Saya disuruh oleh seorang bapak di luar tadi. Itu titipan darinya. la berpesan agar saya menyerahkan ini kepada Bapak," jawab office boy.
"Bapak yang mana?" tanya Ustadz Uyad.
"Wah, saya juga tidak kenal. Orangnya di luar sana, Pak," jawab office boy.
Saat melihat kejadian tersebut, salah satu teman Ustadz Uyad yang kebetulan berdinas di kepolisian memberi saran untuk segera membuka amplop tersebut. Ternyata di dalamnya, berisi uang US$.2000.
Dalam kondisi keheranan dan terkejut, muncul rasa penasaran dan curiga dalam hati Ustadz. "Jangan-jangan ini sebuah jebakan atau penipuan"
"Mana Bapak yang memberikan amplop ini?" tanya ustadz kepada office boy yang menyerahkan amplop tersebut.
"Itu, Pak. Bapak itu masih di luar." Dengan setengah berlari, Ustadz Uyad, akhirnya, menemukan bapak yang ditunjuk oleh office boy.
"Pak, maaf, ya. Bapak yang memberi amplop ini? Apa maksudnya? Siapakah Bapak?" tanya ustadz dengan nada agak meninggi karena takut sedang menerima jebakan dari seseorang.
"lya, saya, Pak. Saya memang sudah lama mencari Bapak. Saya adalah sopir taksi yang pernah mengantarkan Bapak dahulu ke bandara. Apakah Bapak lupa?" jawab lelaki yang ditanya.
"Waduh, maaf, Pak. Saya tidak ingat karena saya sering naik taksi," jawab Ustadz Uyad penasaran.
"Saya sopir taksi yang dua tahun lalu pernah bapak beri uang Rp2.000.000," ujar lelaki tersebut.
"Masya Allah! Maaf, Pak. Saya benar-benar tidak ingat," jawab Ustadz Uyad.
"Saya yang pernah mengantarkan Bapak dari Lebak Bulus ke terminal 1B ketika Bapak mau ke Bangka Belitung," ujar lelaki tersebut. Ustadz Uyad pun mulai mengingat kejadian dua tahun yang lalu.
"Terus terang, Pak. Saat itu, saya memang sedang membutuhkan uang sebanyak itu untuk membayar kontrakan yang sudah jatuh tempo. Bahkan, hari itu pula, saya harus membayar uang sekolah anak saya. Saya tidak mengetahui lagi harus ke mana mencari uang sebanyak itu.Jadi, ketika Bapak memberikan Rp2.000.000, saya begitu terkejut sampai menangis. Saya berterima kasih sekali kepada Bapak," ujar lelaki tersebut.
"Masya Allah, Pak. Maafkan saya. Saya baru ingat. lagi pula, itu kejadian dua tahun yang lalu. Lantas, mengapa Bapak memberi uang sebanyak ini kepada saya?" tanya Ustadz Uyad.
Lelaki tersebut menjawab, "Saya hanya ingin berterima kasih saja kepada Bapak. Alhamdulillah, Pak, sekarang, saya sudah bekerja pada sebuah perusahaan konsultan teknik."
"Masya Allah, baiklah Pak, saya terima. Namun, ini kebanyakan," ujar Ustadz Uyad sambil bermaksud menyerahkan amplop itu kembali. Namun lelaki tersebut menolaknya dengan sopan.
"Maaf, Pak. Tolong diterima, Pak. Jangan dikembalikan. Berilah kesempatan agar Allah mencatat sebuah amal jariyah untuk saya."
Setelah percakapan tersebut, pelukan dan air mata mengiringi pertemuan kembali dua hamba-Nya yang saling mencintai karena Allah SWT.[]
Dari buku
"DARI KUNTUM MENJADI BUNGA" Seri Kumpulan Kisah Inspiratif jilid 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar