“𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒖𝒓𝒖𝒔𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒔𝒆𝒓𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒉𝒍𝒊𝒏𝒚𝒂, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒉𝒂𝒏𝒄𝒖𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖.”
(HR Bukhari).
Suatu saat, para sesepuh binatang merencanakan mendirikan sekolah unggulan binatang. Kabar ini pun mulai ramai terdengar di seantero rimba. Tak lama setelah sekolah fauna itu diresmikan oleh singa sebagai raja hutan, berbondong-bondonglah para binatang mendaftar ke sana. Kompetensinya tidak main-main. Ada yang pintar berenang dan menyelam, yaitu siswa yang bernama Kodok. Siswa yang piawai menukik, menyambar, dan bersalto di udara adalah Elang. Kelinci mempunyai kompetensi yang hampir sempurna untuk berlari cepat. Kepandaian memanjat dan meloncat di pepohonan dipegang oleh siswa bernama Tupai.
Suatu hari, guru-guru pilihan dari sekolah ini mengadakan ujian kompetensi untuk beberapa mata pelajaran yang dianggap paling penting dalam peta persaingan global, dan diperoleh hasilnya adalah:
Pada ujian berenang, kodok berhasil memperoleh nilai 98, sedangkan binatang yang lain jeblok pada pelajaran ini. Pada ujian terbang, tentu si elang dapat nilai 100, binatang yang lain mendapat nilai jauh dibawahnya. Pada ujian memanjat, nilai 99 untuk tupai, dan sangat mengecewakan untuk peserta yang lain. Pelajaran sprint, kelinci yang lincah tidak bisa ditandingi sehingga nilai 100 mudah diperoleh, sedangkan binatang yang lain tak bisa mengejar nilainya.
Melihat ujian hasil kompetensi ini, si guru yang pernah belajar di dunia manusia ingin membuat revolusi pendidikan di negeri para binatang. Dari hasil musyawarah dengan para petinggi negeri binatang berhasillah para guru untuk meluncurkan kurikulum standar. Ditetapkanlah kurikulum standar nilai kelulusan rata-rata adalah angka 70 di setiap mata ujian.
Mulailah guru binatang itu memaksa kodok latihan terbang setiap hari. Elang harus belajar renang dan menyelam dengan untuk memperoleh nilai 70. Mengajari tupai setiap hari untuk terbang dan berlari, dan memaksa kelinci harus bisa menyelam untuk mendapatkan nilai standar kelulusan.
Hari demi hari berlalu, hasil akhir pelajaran untuk mendapatkan nilai standar kelulusan adalah:
Kodok yang tadinya pintar menyelam, sekarang sudah tidak mampu menyelam lagi karena tulang-tulangnya banyak yang patah akibat jatuh pada pelajaran terbang.
Elang yang tadinya piawai untuk urusan terbang dan menukik sekarang tidak bisa beranjak dari tempatnya, karena terlalu banyak air yang masuk ke paru-parunya sewaktu mendapat pelajaran berenang.
Tupai yang lincah itu pun sakit di setiap sendi lutut dan lengannya, akibat jatuh dan terpelanting ketika belajar terbang dan lari. Kelinci pun hanya mampu bersimpuh di tempatnya akibat terlalu banyak menelan air sewaktu menerima pelajaran berenang. Semua binatang pilihan tadi hilang kemampuan sejatinya. Para binatang kecil itu tidak mempunyai kesempatan lagi untuk berprestasi dalam bidang keahlian mereka masing-masing. Ini lantaran mereka dipaksa melakukan hal-hal yang tidak menghargai sifat-sifat asli mereka.[]
"𝘔𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘧𝘰𝘬𝘶𝘴 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘶𝘯𝘤𝘪 𝘴𝘶𝘬𝘴𝘦𝘴. 𝘈𝘯𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘩𝘢𝘮𝘪 𝘣𝘪𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘰𝘮𝘱𝘦𝘵𝘦𝘯𝘴𝘪 𝘈𝘯𝘥𝘢, 𝘬𝘦𝘵𝘦𝘳𝘢𝘮𝘱𝘪𝘭𝘢𝘯 𝘈𝘯𝘥𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘣𝘪𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘳𝘵𝘢 𝘦𝘯𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘈𝘯𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢."
(Bill Gates)
Dari buku
"GURU, BAWA AKU KE PINTU TERDEPAN "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar