"𝐇𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐣𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐥𝐚𝐲𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐢"
(Socrates)
Perak, sebelum diolah berwarna keruh dan kotor. Supaya bisa menjadi cerah sehingga dapat dijadikan perhiasan, maka perak harus mengalami pemurnian.
Perak harus dimurnikan berulang-ulang supaya menjadi perak yang murni. Perak yang masih kotor harus dipanaskan dan dilelehkan, karena perak berberat jenis cukup besar, maka ketika dipanaskan dia akan turun dan kotorannya akan naik. Saat itulah, kotoran-kotoran yang sudah naik tersebut disaring dan dibersihkan. Setelah mengalami pembersihan tahap pertama, maka kembali perak itu dicairkan untuk kedua kalinya lalu disaring kembali. Hal ini harus dilakukan berulang kali untuk mencapai tingkat kemurnian yang diharapkan. Setelah tujuh kali, barulah perak itu murni, tinggal menyisihkan kotoran-kotoran yang halusnya saja.
Alhasil, setelah melalui proses pembersihan yang panjang, perak itu menjadi cemerlang bagaikan cermin. Padahal, ketika masih kotor, betapa sulitnya untuk bercermin pada perak tersebut. Dari sana dapat kita ambil hikmah, bahwa ketika "kotoran hidup" (karakter, watak dan kebiasaan negatif sulit lekang sekalipun sudah berkali-kali berusaha untuk meninggalkannya) mulai memburamkan kita, maka sudah waktunya kita masuk dapur api pengujian hidup agar dapat menemukan kembali makna hidup itu sendiri.[]
"𝙰𝚔𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚔𝚞𝚛 𝚔𝚎𝚜𝚞𝚔𝚜𝚎𝚜𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚒 𝚍𝚒𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚓𝚊𝚝, 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚒 𝚍𝚒𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚝𝚞𝚕 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚊𝚙𝚊𝚒 𝚍𝚊𝚜𝚊𝚛."
(General George S. Patton)
Dari buku
"SETENGAH ISI SETENGAH KOSONG"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar