"๐๐ข๐ค๐ ๐ค๐๐ฆ๐ฎ ๐ญ๐ข๐๐๐ค ๐ฆ๐๐ง๐ฃ๐๐ฅ๐๐ง๐ข ๐ก๐ข๐๐ฎ๐ฉ ๐๐๐ง๐ ๐๐ง ๐ฉ๐ข๐ค๐ข๐ซ๐๐ง ๐ญ๐๐ซ๐๐ฎ๐ค๐, ๐ค๐๐ฆ๐ฎ ๐๐ค๐๐ง ๐ฆ๐๐ง๐๐ฆ๐ฎ๐ค๐๐ง ๐๐๐ง๐ฒ๐๐ค ๐ฉ๐ข๐ง๐ญ๐ฎ ๐ฒ๐๐ง๐ ๐ญ๐๐ซ๐ญ๐ฎ๐ญ๐ฎ๐ฉ."
(Mark W. Perrett)
Seekor belalang menjadi piaraan seorang anak dan ditempatkan dalam wadah bertutup kaca.
Setiap anak melihatnya, belalang itu melompat sehingga anak itu menyukainya dan memberinya makanan. Tapi sang belalang tidak sadar, lompatan yang dilakukan hanya sebatas tutup kaca.
Suatu saat, karena terlupa tutup belalang terbuka dan keluarlah belalang dari wadahnya. Kemudian ia melakukan lompatan dan... ternyata lompatannya lebih tinggi dari saat berada dalam wadah. Mencoba lagi melompat dan lebih tinggi lagi lompatan dari sebelumnya.
Penasaran, belalang itu berjalan dan menemukan sekelompok belalang lain yang juga sedang melompat. Ternyata lompatan para belalang itu jauh lebih tinggi dari lompatannya.
"Kalian memang hebat. Bagaimana kalian bisa melompat sangat tinggi seperti tadi?"
Kawanan belalang yang mendapatkan pertanyaan bukannya senang karena mendapat pujian. Mereka justru merasa heran dengan pertanyaan sang belalang.
"Maksudmu, melompat seperti ini?" kata salah satu belalang.
"Iya," jawab sang belalang.
"Lho, kamu selama ini ada di mana? Lompatan ini kan memang sudah biasa kami lakukan setiap hari. Apa yang kami lakukan bukanlah hal yang baru," serempak kawanan belalang itu menjawab.
Mendengar jawaban dari kawanan belalang itu, sang belalang yang berhasil keluar dari kotak itu bingung mendapati kenyataan seperti itu. Lalu dia pun mencari tahu mengapa hal tersebut tidak terjadi padanya. Lalu sampailah dia di sebuah tempat di mana seekor belalang bijak tinggal.
Belalang bijak itu lalu menjelaskan tentang kehidupan belalang yang sesungguhnya sehingga pada akhirnya sang belalang pun mengerti. Ternyata selama ini dia hidup di dalam kotak yang sempit dan tertutup sehingga kemampuan melompat dan ruang geraknya pun hanya sebatas luas kotak tersebut.
Sang belalang pun akhirnya mengerti bahwa jika dia hidup di luar kotak, dia akan mampu melompat lebih tinggi seperti kawan-kawannya karena tidak ada yang membatasi lompatannya. Dia pun menyadari bahwa pengetahuan yang dimilikinya pun hanya sebatas kotak kecil tempat tinggalnya selama ini. Banyak hal yang belum diketahuinya di luar sana. Dirinya yakin dapat melakukan banyak hal karena kini dia sudah dapat hidup di alam bebas.[]
Banyak orang yang merasa sudah menjadi orang 'paling hebat' dalam segala hal sehingga kadang kala dia enggan menerima hal baru yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang dia ketahui. Akhirnya, dia merasa benar dan hebat sendiri dengan hal-hal baru menurutnya yang sebetulnya adalah sesuatu yang biasa.
Ada pula orang yang memang membatasi dirinya sendiri. Dia enggan untuk melakukan hal baru yang sebetulnya dia mampu lakukan dan hal itu akan melejitkan potensi dirinya. Sayangnya, dia menciptakan sendiri pembatas -pembatas yang akan menghambatnya untuk maju. Pada akhirnya dia pun mewujud menjadi sosok yang aneh di mata orang lain pada umumnya dan tertinggal dalam segala hal.[]
Dari buku
"MENGAPA TIDAK SECERDAS SIPUT?" Menggali Hikmah dari Kehidupan Binatang