Jumat, 22 Juli 2022

𝙈𝙀𝙈𝘽𝙀𝙇𝙄 𝙆𝙀𝘽𝘼𝙃𝘼𝙂𝙄𝘼𝘼𝙉 𝘿𝙀𝙉𝙂𝘼𝙉 𝙎𝙀𝘿𝙀𝙆𝘼𝙃


 حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامُ الِاثْنَيْنِ كَافِي الثَّلَاثَةِ وَطَعَامُ الثَّلَاثَةِ كَافِي الْأَرْبَعَةِ

𝐓𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐢 𝐘𝐚𝐡𝐲𝐚 𝐛𝐢𝐧 𝐘𝐚𝐡𝐲𝐚 𝐝𝐢𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐚𝐭𝐚; 𝐀𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐇𝐚𝐝𝐢𝐭𝐬 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐌𝐚𝐥𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐀𝐛𝐮 𝐀𝐳 𝐙𝐢𝐧𝐚𝐝 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐀𝐥 𝐀'𝐫𝐚𝐣 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐀𝐛𝐮 𝐇𝐮𝐫𝐚𝐢𝐫𝐚𝐡 𝐝𝐢𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐚𝐭𝐚; 𝐑𝐚𝐬𝐮𝐥𝐮𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐡𝐚𝐥𝐥𝐚𝐥𝐥𝐚𝐡𝐮 '𝐚𝐥𝐚𝐢𝐡𝐢 𝐰𝐚𝐬𝐚𝐥𝐥𝐚𝐦 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐛𝐝𝐚: "𝐌𝐚𝐤𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐮𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐦𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐠𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠, 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐤𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐠𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐝𝐢𝐦𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠."


"𝗨𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗲𝗹𝗶 𝗸𝗲𝗯𝗮𝗵𝗮𝗴𝗶𝗮𝗮𝗻❟ 𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗵𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗷𝗶𝗸𝗮 𝗔𝗻𝗱𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿𝗸𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗹𝗮𝗶𝗻"

Demikian laporan dari sebuah penelitian sebuah tim di University of British Columbia dan Harvard Bussiness School.

Dari  eksperimen terhadap lebih dari 630 orang Amerika serikat menunjukkan bahwa mereka secara mencolok lebih bahagia saat mengeluarkan uang untuk orang lain -- sekalipun mereka berpikir bahwa menghabiskan uang untuk diri sendiri akan membuat mereka bahagia.

"𝑲𝒂𝒎𝒊 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒖𝒋𝒊 𝒕𝒆𝒐𝒓𝒊 𝒌𝒂𝒎𝒊, 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒍𝒂𝒏𝒋𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒕𝒊𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉", kata Elizabeth Dunn, seorang psikolog di University of British Columbia.

Mereka bertanya kepada 600 relawan untuk menilai kebahagiaan umum mereka, melaporkan detail pendapatan tahunan mereka dan pengeluaran rutin bulanan.

"𝑻𝒆𝒓𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈, 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒌𝒆𝒑𝒆𝒏𝒕𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒎𝒊𝒏𝒊𝒎𝒂𝒍 𝟓 𝒅𝒐𝒍𝒍𝒂𝒓 𝒑𝒆𝒓𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒑𝒐𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓, 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒃𝒊𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂", kata Dunn.

Tim Dunn juga meneliti 16 karyawan disebuah perusahaan di Boston sebelum dan sesudah mereka menerima pembagian bonus laba tahunan antara US $ 3.000 - 8.000. "Karyawan yang berencana untuk menyisihkan lebih banyak dari bonus mereka untuk kegiatan sosial mengalami kebahagiaan yang lebih besar setelah menerima bonus, dan cara dimana mereka mengeluarkan bonus merupakan prediksi yang lebih penting bagi kebahagiaan mereka daripada ukuran bonus itu sendiri" begitu hasil laporan tertulisnya.

"𝑨𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒊𝒍𝒂𝒑𝒐𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒑𝒂𝒓𝒂 𝒑𝒆𝒔𝒆𝒓𝒕𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒂𝒄𝒂𝒌 𝒅𝒊𝒕𝒖𝒈𝒂𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒃𝒊𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒍𝒂𝒎𝒊 𝒌𝒆𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 𝒅𝒂𝒓𝒊𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒖𝒈𝒂𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒃𝒊𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊"  kata mereka.

"𝑻𝒆𝒎𝒖𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒏𝒋𝒖𝒌𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒂𝒍𝒐𝒌𝒂𝒔𝒊 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒏𝒋𝒂 𝒔𝒆𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝟓 𝒅𝒐𝒍𝒍𝒂𝒓 - 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒄𝒖𝒌𝒖𝒑 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒆𝒏𝒕𝒖" kata Dunn. Hal ini dapat juga menjelaskan mengapa kita tidak bahagia meskipun secara finansial lebih kaya.[]


Dari buku

MANISNYA KOPI ASIN

𝗧𝗘𝗡𝗧𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗨𝗛𝗔𝗝𝗜𝗥


Tanpa terasa waktu sudah beranjak ke pukul 21.00. Sejak ba'da Maghrib murid-murid kelas V yang kuajar bersama dengan beberapa anak kelas IV dan VI sudah meramaikan rumah dimana aku tinggal. Beberapa anak ada yang membaca buku, bermain catur, mengerjakan tugas dengan antusias.

Ah.... melihat keseriusan mereka aku ikut merasakan semangat. Apa hal ini terpacu oleh cita-cita yang mereka tuliskan tadi siang?.Khawatir kemalaman pulangnya, aku segera menyuruh mereka pulang

"𝑺𝒂𝒎𝒑𝒂𝒊 𝒋𝒖𝒎𝒑𝒂 𝒃𝒆𝒔𝒐𝒌 𝒅𝒊 𝒔𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂" ucapku.

Satu-persatu mereka meninggalkan rumahku, dan akupun mulai masuk rumah.

"𝑺𝒆𝒏𝒕𝒆𝒓𝒌𝒖 𝒎𝒂𝒕𝒊, 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒌𝒖𝒑𝒊𝒏𝒋𝒂𝒎 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂𝒎𝒖 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈, 𝑩𝒖 𝑮𝒖𝒓𝒖?" Terdengar suara Muhajir mendekat 

Aku memejamkan mata sebentar, berpikir. Rumah Muhajir di dusun sebelah, Rattelemo. Dari dusun sebelah pun, ia harus turun melewati kebun-kebun kakao. Di bawah, ada sungai yang ketika kemarau mengering. Tetapi, musim kali ini sedang susah diduga, bisa saja hujan turun tiba-tiba. Rumahnya di pinggir jalan di seberang sungai. Mendaki sedikit. Tak ada tetangga dekat.

Ini sudah hampir setengah sepuluh malam. Tak ada penerangan di jalan-jalan. Hanya ada lampu-lampu redup dari beberapa rumah.

"𝑺𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒏𝒂𝒑 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒏𝒊"  tawarku.

Dia menolak, karena dirumah hanya ada Ibu dan adik-adiknya.

"𝑲𝒆𝒎𝒂𝒏𝒂 𝑩𝒂𝒑𝒂𝒌𝒎𝒖?"

"𝑲𝒆 𝑴𝒂𝒎𝒖𝒋𝒖, 𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂." jawab Muhajir

Hening hadir di antara kami.

Kembali dia meyakinkan aku tak perlu khawatir, karena dia biasa pulang malam

"𝑺𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊𝒂𝒏?" tanyaku

Hening kembali. Ada rasa tak tega. Aku berpikir, lalu muncul keinginan untuk mengenal kehidupan Muhajir dan keluarganya.

"𝑲𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖, 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓" kataku

Aku bergegas masuk ke kamar, mengambil senter dan jaket. Lalu turun ke bawah berpamitan dengan Mamak (𝐡𝐨𝐬𝐭 𝐟𝐚𝐦). Mamak kelihatan bingung, sibuk meminta salah seorang anaknya mengantarku. Tetapi, mereka sudah tidur semua. Kuyakinkan Mamak bahwa semua baik-baik saja.

Aku segera menghampiri Muhajir yang terlihat kebingungan.

"𝑨𝒚𝒐, 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕,"  ajakku.

"𝑲𝒆𝒎𝒂𝒏𝒂 𝑩𝒖 𝑮𝒖𝒓𝒖?"

"𝑲𝒆 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉𝒎𝒖."

Dia hanya diam, mengikuti langkah-langkah di belakangku. Kadang menyamakan langkahku atau mendahuluinya, menyingkirkan rumput-rumput yang menghalangi jalan kami, menuntunku, menunjukkan arah. Senter tetap dibiarkannya di tanganku. Malam itu mendung, bintang enggan muncul. Tetapi, alam berbaik hati untuk tidak menurunkan hujan. Kulihat jam tangan, sudah pukul 23.00 saat kami tiba di rumah Muhajir. Kami disambut lolongan anjing penjaga kebun milik keluarga Muhajir.

Muhajir mengajakku untuk naik ke rumahnya. Dia membuka pintu pelan-pelan, enggan membangunkan seisi rumah yang tengah dibuai mimpi. Sebuah rumah panggung sederhana terpencil di kawasan perkebunan. Hanya ada dua ruangan di rumah yang berukuran 5x 4 meter itu. Satu untuk menyimpan bantal atau barang apa saja, satu lagi untuk ruang serbaguna. Tak ada perabot meja, kursi. Hanya ada dua almari, satu untuk menyimpan pakaian, satu lagi untuk menyimpan peralatan dapur. Aku menunduk melewati pintu, mematung melihat badan-badan yang terlelap damai memenuhi ruangan di depanku. Ada empat orang di sana dan ruangan sudah keliatan sesak. Dengan diterangi cahaya lampu minyak tanah, aku menjadi cemas, apakah ruang Muhajir untuk tidur akan kuambil. Lalu Muhajir menuntunku memasuki ruangan di atas kepala-kepala itu rebah. Menatakan bantal dan membuka kelambu untukku. Memintaku untuk tidur, lalu undur menyusul keluarganya yang lain yang telah lelap. Aku bingung. Tak ada kata-kata yang sanggup keluar. Aku tak bisa memejamkan mata. Pikiranku melayang-layang. Seberapa besar mereka harus kompromi dengan keadaan. Aku merenung. Lalu pelita dimatikan. Gelap.

Entah kapan aku terlelap, ketika bangun, rumah telah gaduh. Kudengar seorang perempuan sedang mengomel, disahuti suara anak laki-laki. Rupanya itu adalah percakapan antara Muhajir dan Mamaknya. Mamaknya memprotes kenapa semalam dia tidak dibangunkan untuk menjamu Ibu Guru. Disini profesi guru memang sangat dihormati. Aku menjadi malu dan tidak enak hati, mendengar percakapan mereka.

Aku keluar dan menjumpai Mamak Muhajir yang berulang kali meminta maaf karena tidak menjamu dengan baik. Aku menjadi tidak enak hati, ini toh salahku yang bertamu malam-malam tanpa memberi tahu. Aku malah menyusahkan dan menimbulkan kesungkanan. Anak-anak pamit keluar, bersiap-siap mandi untuk ke sekolah. Aku pun ingin segera berpamitan jikalau tak ditahan karena harus pulang dulu mengganti baju.


Hari masih gelap, matahari pun masih lelap. Tetapi, di rumah ini, orang-orang telah sibuk ke sana ke mari. Mamak Muhajir menyorongkan secangkir minuman hangat sambil berkali kali meminta maaf dengan keadaan rumahnya yang seadanya.

Selesai anak-anak berkemas, aku pun berpamitan untuk pulang. Muhajir meminta izin agar adiknya yang belum genap lima tahun bisa ikut ke sekolah karena Mamaknya harus mengambil pisang dan membersihkan kebun. Di sepanjang perjalanan, sesekali bocah Kelas V itu harus menggendong adiknya yang kelelahan berjalan. Tidak hanya Muhajir yang harus membawa adiknya ke sekolah, beberapa murid  seringkali membawa adik mereka ke sekolah. Tentu saja ini sangat mengganggu apalagi ketika adik merengek-rengek minta ini-itu saat kakak mereka tengah sibuk belajar. Tetapi, di sekolah ini kita harus menjadi sering berkompromi apalagi saat musim panen kakao.

Orangtua mereka sibuk mengurus kebun, mencari makan untuk bertahan hidup. Sebagian, anak-anak diminta untuk ikut ke kebun membantu. Sebagian dibiarkan ke sekolah, tetapi mengajak adiknya yang masih kecil-kecil.


Pada perjalanan menuju sekolah, ada pemandangan janggal di kiri-kanan jalan yang kami lewati hari itu. Rumah panggung Muhajir, masjid desa dan 

sekolah dan beberapa rumah sederhana yang lain. Muhajir berlari-lari dengan tas yang robek dan seragam yang lusuh. Sesekali tertawa menggendong adiknya. Sesekali kesal menurunkan adiknya. Orang-orang tua bersarung yang sedang asyik mengobrol sambil menjemur kakao. Motor-motor yang berseliweran. Orang-orang yang berlalu lalang tanpa alas kaki membawa parang. Pegawai-pegawai negeri yang datang ke sekolah dan kantor dengan sepatu dan seragam rapi.


Pikiran saya berloncatan ke kota tempat saya berasal di mana jalan-jalan layang bertebaran, gedung-gedung tinggi menjulang. Lalu kembali ke desa di mana saya tinggal sekarang. Jalan hanya ada satu, itupun rusak terbengkalai. Timpang. Ya, ketimpangan yang terlampau jauh.

Pikiran saya lompat lagi ke pertanyaan Muhajir, rumah Muhajir, kehidupannya yang menurut saya serba susah lalu kehidupan saya di kota yang serba mudah. Takdir? Ah saya rasa ini bukan takdir.[]


(Dikisahkan oleh Atika Asterina Saraswati, Pengajar Muda di Majene, Sulawesi barat dalam buku "Mengabdi di Negeri Pelangi")



Sabtu, 16 Juli 2022

ᗩᑎTᗩᖇᗩ ᑕIᑎTᗩ ᗪᗩᑎ ᗷEᖇᗷᗩGI


"𝘊𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘭𝘦𝘮𝘢𝘩, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘪𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯. 𝘊𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘯𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘦𝘮𝘣𝘶𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘨𝘢𝘨𝘢𝘩𝘢𝘯. 𝘊𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘮𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘪𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵."

(Buya Hamka)


Gadis cilik itu bernama Siti Marhamah. Dalam usia yang 7 tahun ia sudah bergolek menunggu habisnya quota usia. 𝑨𝒏𝒆𝒎𝒊𝒂 𝑨𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌, suatu penyakit kelainan darah, telah membuatnya akrab dengan jarum suntik dan infus yang menghujam tubuhnya. Dan akibatnya penampilan gadis itu makin menyeramkan: mata membelalak, rambut jarang dan wajah yang pucat. Mengetahui anaknya tak punya harapan hidup, bapaknya menghilang dengan bajaj nya. Ibunya meninggal diseruduk angkutan umum dalam perjalanan menuju apotek untuk menebus obatnya. Kini tinggal dua orang kakaknya yang menemani usai mengamen di perempatan Salemba.

Di usianya yang masih hijau, ia telah belajar bahwa setiap detik dalam kehidupan begitu berharga. la tidak pernah menangis meski suster berulangkali menghujamkan jarum-jarum tajam di sekujur tubuhnya. Ia malah acapkali bertanya,

"𝑺𝒖𝒔𝒕𝒆𝒓 𝒊𝒕𝒖 𝒐𝒃𝒂𝒕 𝒂𝒑𝒂, 𝒌𝒐𝒌 𝒘𝒂𝒓𝒏𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒍𝒖𝒄𝒖 𝒚𝒂?","𝑺𝒖𝒔𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒐𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒚𝒂 𝒄𝒂𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒅𝒊𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒆𝒘𝒂𝒕 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏𝒌𝒖?" atau "𝑺𝒖𝒔𝒕𝒆𝒓 𝒄𝒂𝒑𝒆𝒌 𝒚𝒂? 𝑴𝒂𝒂𝒇 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒑𝒐𝒕𝒌𝒂𝒏." Siti Marhamah tidak menangis meskipun lengannya terasa sangat pedih.


Para susterlah yang kerap bersimbah air mata. Silih berganti mereka datang sekadar untuk menemani Siti bermain atau mendongengkan sebuah cerita.


Siti mengetahui bahwa usianya tidak akan panjang dan hidupnya tidak lama lagi akan berakhir. Sering para suster mengintip Siti yang terpekur dan tersenyum sendiri, tampak sekali ia rindu untuk bebas dari himpitan rasa sakit.


Lalu datanglah wanita cantik paruh baya itu. Seorang ibu bernama Anne Situmorang yang dengan lembut merawat dan bertukar cerita dengan Siti. Ia rela duduk berjam-jam hanya untuk membelai dahi Siti, atau sekadar menggenggam lengannya yang menggigil dalam serangan kesakitan. Anne bukanlah kerabat Siti, bahkan Siti pun tak mengenalnya, namun ia selalu datang setiap hari, membelai dan mendampingi seolah Siti adalah anaknya sendiri.


la pernah bertanya, apakah yang Siti paling inginkan saat ini? Lalu dengan kalimat lirih yang terpatah-patah, Siti membisikkan bahwa ia ingin memiliki sebuah boneka Barbie berjilbab yang pernah dilihatnya di majalah "Ummi" milik Suster Rahmi. Keesokan harinya, Anne datang dengan membawa sebuah kardus berukuran sedang terbungkus kertas kado bergambar beruang yang bagus. Dibukanya kardus itu perlahan di sisi Siti, isinya boneka Barbie berjilbab! Empat hari kemudian Siti meninggal dalam tidurnya, di bibirnya terulas senyum bahagia, sambil mendekap erat boneka Barbie itu di dadanya. Ia menutup mata dengan memeluk sepenggal kebahagiaan satu-satunya yang bisa ia rasakan sepanjang usianya di dunia!.


Anne Situmorang bisa merasakan itu.Dalam hati,ia bersyukur dan berterima kasih kepada Allah Swt.yang telah mengembalikan makna hidupnya. Ya, apa yang dilakukan Anne Situmorang adalah wasiat anak bungsunya, Mariam Situmorang yang telah pergi untuk selamanya. 𝑳𝒆𝒖𝒌𝒆𝒎𝒊𝒂 (kanker darah putih) telah merenggut kehidupan dan sisa umurnya yang belum genap sembilan tahun. Pesan terakhir kepada sang Ibu adalah agar bersedia mengabulkan permintaan terakhir dari anak-anak lain yang bernasib seperti dirinya. Sebuah permintaan terakhir yang tak dapat ditolak Anne, karena malamnya malaikat maut datang menjemput Mariam.


Dalam dukanya, suatu malam, ia bermimpi Mariam mendatanginya dan kembali mengingatkan, "𝑩𝒖𝒏𝒅𝒂, 𝒂𝒏𝒂𝒌-𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒊𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒚𝒂!"

Anne ingat, ia harus mengabulkan permintaan anak-anak yang tengah menghadapi akhir hidupnya.Dengan berat ia berjalan dengan gontai keluar dari keputusasaan. Namun Allah-lah Dzat Pembolak-balik hati, Mahabesar Allah dengan segala kehendak dan iradah-Nya, sejak pertama kali Anne bertatap muka dengan seorang anak yang senasib dengan Mariam, seolah sejak hari itu ia kembali memiliki Mariam. Kini, ia justru memiliki jauh lebih banyak "Mariam" di dalam hatinya. Hati Anne kini hangat kembali dan perlahan-lahan rasa cinta datang lagi, menyapa, tumbuh, bertunas, bersemi, dan putik ranumnya kembali harum. Kebekuan jiwanya cair dalam hangatnya kebahagiaan. Mencintai tidak sekadar memiliki, tetapi juga hadir pada saat kita harus berbagi.[]


Dari buku

"OVERALL LOVE" Mengembara di Dalam Dunia Cinta

Kamis, 14 Juli 2022

𝐒𝐀𝐌𝐏𝐔𝐋 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐌𝐄𝐍𝐈𝐏𝐔

"𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘭𝘪𝘳𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘶𝘨𝘦𝘳𝘢𝘩 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘮𝘣𝘢-𝘕𝘺𝘢, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘯𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘭𝘢𝘴𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢."


Aryani adalah seorang dokter yang tengah mengambil program magister di bidang ilmu gizi di sebuah Rumah Sakit. Dengan paras yang elok tentulah mengundang decak kekaguman para pria di sekelilingnya. Akan tetapi, Aryani tak bergeming, tak satu pun pinangan ia terima. Ia asyik sendiri dengan dunianya, dengan kariernya, dan dengan ilmu yang digelutinya. Tentu saja hal itu membuat para pria semakin penasaran. Akan tetapi, sekali lagi ia tak peduli.

Teka-teki akhirnya terjawab, Aryani mengumumkan bahwa ternyata ia telah menerima sebuah pinangan dan akan segera melaksanakan pernikahan. Tentu saja hal itu membuat para pria yang ingin mendekati makin risau. Sontak saja isu dan gosip menyebar, mulai dari duda sampai pria beristri tiga disebut-sebut sebagai "𝐭𝐞𝐫𝐬𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚". Karena semua orang berpikir pasti ada apa-apanya atau ada aibnya, maka identitas sang calon disembunyikan.


Pada hari yang berbahagia itu terkuaklah segalanya, pria yang berdiri di pelaminan dan mengikat janji setia dengan Aryani adalah orang yang sangat kerap dijumpai di rumah sakit, ia sopir mobil ambulans. Kali ini tidak hanya jantung yang nyaris berhenti berdetak, tetapi juga mendidih isi kepala para undangan rekan-rekan dokter yang mulia. Bagaimana mungkin, seorang sejawat mereka yang cerdas, cantik, sopan jatuh ke pelukan pria dengan level rendah di rumah sakit, supir ambulans!


Dalam tiga bulan pasca pernikahan, berulang kali Aryani disidang baik oleh para senior, rekan sejawat, maupun oleh manajemen rumah sakit. Ia didakwa telah menggadaikan etika dan martabat profesi. Semua orang baik dengan cara yang lembut, sinis, sampai sarkastis berusaha menyadarkan Aryani bahwa pernikahannya adalah sebuah kesalahan fatal yang perlu dikoreksi.

 "𝑨𝒓, 𝒅𝒊𝒂𝒈𝒏𝒐𝒔𝒊𝒔 𝒅𝒐𝒌𝒕𝒆𝒓 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒌𝒂𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 𝒅𝒊𝒔𝒖𝒑𝒆𝒓𝒗𝒊𝒔𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒌𝒐𝒌, 𝒂𝒑𝒂𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒌𝒂𝒘𝒊𝒏𝒂𝒏" kata seorang sejawatnya.

"𝑪𝒐𝒃𝒂 𝒌𝒂𝒖 𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊 𝒍𝒂𝒈𝒊, 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒖 𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒄𝒆𝒎𝒐𝒐𝒉𝒂𝒏" teman yang lain menambahkan.


Akhirnya ia buka suara,dan dengan anggunnya ia hanya melontarkan dua kalimat sakti,

"𝐀𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧? 𝐀𝐩𝐚𝐛𝐢𝐥𝐚 𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐲𝐚 𝐲𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦, 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐩𝐚 𝐬𝐞𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐡𝐮 𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐫𝐞𝐧𝐜𝐚𝐧𝐚 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐬𝐚𝐲𝐚?"


Begitulah.... memang benar Tuhan itu periang dan suka bercanda, ternyata suami Aryani adalah seorang doktor lulusan Australia yang begitu terinspirasi oleh sebuah kewajiban sosial  (𝒔𝒐𝒄𝒊𝒂𝒍 𝒐𝒃𝒍𝒊𝒈𝒂𝒕𝒕𝒐𝒓𝒚) di negara itu, di mana semua kaum profesional terdidik berpenghasilan tinggi sekali dalam sebulan haruslah mengabdikan dirinya di sektor pelayanan publik. Mengemudikan ambulans rumah sakit umum daerah adalah salah satunya. la sedemikian tersentuhnya atas kebijakan ini sehingga ketika kembali ke tanah air, ia tidak hanya menawarkan diri bertugas sebulan sekali, melainkan setiap sore seusai ia bertugas di sebuah institusi pendidikan tinggi.[]


𝙲𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚖𝚙𝚊𝚞𝚒 𝚙𝚛𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊.

𝚂𝚊𝚊𝚝 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚎𝚋𝚊𝚔 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚙𝚛𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊, 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚛𝚊𝚗𝚐𝚒 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊.


Dari buku

LOVE OVERALL



Selasa, 12 Juli 2022

BELAJAR DARI POHON PISANG



Meskipun sudah ditebang berkali-kali, sebuah pohon pisang tidak akan mati.Pohon pisang akan mati dengan sendirinya setelah buahnya diambil dan tumbuh tunas baru.
Terdapat tiga pelajaran dari sebuah pohon pisang.

Survival Spirit (semangat bertahan hidup)
Untuk dapat bertahan dan menjadi pemenang pada kehidupan, sangatlah diperlukan semangat ini.Hanya pecundang sejati sajalah yang sekali tebang langsung tumbang tidak bangun lagi.Bandingkan dengan pohon pisang yang selalu tumbuh lagi walau ditebang berkali-kali.

Contribution Spirit (semangat memberi manfaat)
Sesungguhnya motivasi yang membuat pisang dapat terus bertahan hidup adalah keinginan untuk menghasilkan buahnya yang belum tercapai.Ia menargetkan hidupnya untuk menghasilkan manfaat, selama itu belum tercapai pantang baginya untuk berhenti di tengah jalan.

Regeneration Spirit (semangat melakukan regenerasi)
Setelah memberikan manfaat dalam hidupnya,tak lupa ia menyiapkan generasi berikutnya yang dikemudian hari juga akan memberikan manfaat .Pohon pisang akan mati dengan tenang setelah regenerasi tercapai.
========================
Medan Pertempuran Krimea,Turki
Dengan berbekal sebuah lentera, Florence Nightingale dibantu beberapa sukarelawan berjalan diantara tumpukan tubuh-tubuh  yang bergelimpangan untuk mencari serdadu yang masih hidup dan bisa diselamatkan.
Florence Nightingale lahir dari keluarga bangsawan yang lebih memilih pekerjaan menjadi perawat yg saat itu dianggap pekerjaan yang rendah dan memalukan, apalagi seorang wanita.Sejak saat itu dia dikenal sebagai "Bidadari berlampu di malam gelap gulita"
Kondisi buruk Rumah Sakit dan citra negatif perawat wanita memotivasi Florence untuk mendirikan Sekolah Perawat Modern yang pertama.
Kini,meski Florence telah pergi ia telah mewarisi Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery).
Florence Nightingale telah membuktikan, bahwa nilai kemanusiaan diatas segalanya, humanisme itu lintas batas, lintas kelas,lintas ras dan lintas agama.Ia telah menginspirasi banyak orang untuk melihat sisi lain dari arti kata peperangan.
Seperti itulah seharusnya kita, seperti pohon pisang bagi kehidupan yang gersang.Memiliki semangat perjuangan hidup yang tinggi,selalu ingin berarti dan mengabdi,dan mati meninggalkan generasi yang terinspirasi...

Dari buku
MOBIL MOGOK ANGGOTA DEWAN

Senin, 11 Juli 2022

𝐃𝐈𝐓𝐄𝐌𝐔𝐊𝐀𝐍 𝐃𝐀𝐍 𝐇𝐈𝐋𝐀𝐍𝐆


Dinasti Yuan abad ke tiga belas,

Suatu pagi, seorang pemuda pergi ke pasar untuk membeli sayuran. Dalam perjalanan ia menemukan setumpuk uang. Setelah dihitung uang itu bernilai seratus lima puluh ons perak. Maka ia mengambil satu ons perak dan membeli daging serta sayuran.

Saat pulang, ibunya bertanya, kenapa tidak membeli sayuran.

"𝑳𝒊𝒉𝒂𝒕 𝑰𝒃𝒖, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒖𝒂𝒏𝒈, 𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒍𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒈𝒊𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒔 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌𝒎𝒖" 

"𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒐𝒉𝒐𝒏𝒈!" Kata Ibunya  "𝑶𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒅𝒖𝒂 𝒍𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓 𝒖𝒂𝒏𝒈, 𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒖𝒎𝒑𝒖𝒌 𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒊𝒏𝒊. 𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒖𝒓𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂. 𝑲𝒂𝒎𝒖 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖 𝒌𝒆𝒌𝒂𝒚𝒂𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒄𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂 𝒏𝒂𝒔𝒊𝒃 𝒃𝒂𝒊𝒌".

"𝑩𝒆𝒕𝒖𝒍 𝑰𝒃𝒖, 𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒕𝒖 𝒌𝒖𝒕𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏. 𝑨𝒌𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒕𝒂𝒉𝒖 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊𝒌𝒂𝒏" jawab pemuda itu.

"𝑲𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒅𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒍𝒂𝒉. 𝑲𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒑𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒕𝒖 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊. 𝑲𝒊𝒕𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒊𝒔𝒌𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂𝒊 𝒄𝒖𝒌𝒖𝒑 𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒍𝒊 𝒅𝒂𝒈𝒊𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒔. 𝑻𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒊𝒎𝒑𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒎𝒖, 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒖𝒏𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒏𝒂𝒔𝒊𝒃 𝒃𝒖𝒓𝒖𝒌".

Pemuda itu kembali ke tempat dimana ia menemukan uang. Tak lama kemudian datang seorang pria yang menghampiri. Dengan kepolosannya, pemuda itu menyerahkan semua uang temuan kepadanya. Seorang yang melihat kejadian itu lalu menegur pada pemilik uang agar memberikan sejumlah uang sebagai ucapan terima kasih.

"𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒈𝒂 𝒓𝒂𝒕𝒖𝒔 𝒐𝒏𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒂𝒌. 𝑰𝒏𝒊 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒑𝒂𝒓𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂. 𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂𝒏𝒚𝒂?". Rupanya pemilik uang itu seorang yang kikir.

Tidak terima dengan perlakuan pemilik uang yang memfitnah, pemuda itu mengajaknya menemui hakim. Hakim itu diam-diam menghubungi ibu pemuda tersebut dan memperoleh penuturan yang sama seperti anaknya.

Hakim lalu meminta setiap orang untuk bersumpah  atas uang yang hilang dan ditemukan.

"𝑩𝒂𝒊𝒌𝒍𝒂𝒉", katanya  "𝑼𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈. 𝑰𝒕𝒖 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒌𝒊𝒓𝒊𝒎𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑫𝒆𝒘𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒃𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌"

Dia memerintahkan agar uang itu diberikan kepada pemuda dan ibunya lalu disuruh pulang. Kemudian dia berkata kepada pria satunya lagi  "𝑲𝒂𝒎𝒖 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒈𝒂 𝒓𝒂𝒕𝒖𝒔 𝒐𝒏𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒂𝒌 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒍𝒂𝒊𝒏. 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒄𝒂𝒓𝒊𝒍𝒂𝒉 𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒕𝒖 𝒅𝒊𝒔𝒂𝒏𝒂". Pernyataan itu mendapat dukungan dari yang hadir di pengadilan.[]

"𝙼𝚎𝚗𝚒𝚙𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚜𝚒𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚛𝚎𝚣𝚎𝚔𝚒. 𝙺𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚓𝚞𝚓𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚛𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚕𝚒 𝚋𝚞𝚖𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒"


Dari buku

KISAH-KISAH KEBIJAKSANAAN CHINA KLASIK



Sabtu, 09 Juli 2022

𝐄𝐌𝐏𝐀𝐓𝐈 𝐑𝐎𝐍𝐀𝐋𝐃


Seorang anak laki-laki bernama Ronald yang memiliki guru Bahasa Inggris bernama B.J. Frazer telah mengembangkan metode pengajarannya dalam menilai sebuah karangan yang tidak hanya melihat ejaan dan tata bahasanya, tetapi juga isi dengan menghidupkan sesi drama dalam kelasnya. B.J. Frazer guru menantang murid-muridnya untuk membuat tulisan yang berakar pada topik yang beragam bahkan murid dibiasakan untuk menganalisa karakter yang mereka kisahkan atau perankan dalam sesi drama.

la menuntut kepada murid-muridnya untuk tidak hanya sekedar menghafalkan dialog dan tata bahasanya tetapi mereka juga dituntut untuk menghayati peran yang dimainkannya. Pertanyaan yang bersifat stimulasi dan sering ia ajukan kepada murid-muridnya seperti,

"𝑨𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒂𝒓𝒕𝒊 𝒌𝒂𝒓𝒂𝒌𝒕𝒆𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒆𝒏𝒈𝒌𝒂𝒖 𝒎𝒂𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒂𝒍𝒐𝒈 𝒊𝒕𝒖?" telah membuat Ronald berusaha untuk benar-benar mendalami karakter dalam karangannya agar mampu mengetahui motivasinya.

Dengan demikian Ronald tidak hanya belajar bahasa Inggris dengan baik tetapi sekaligus mencoba untuk mengerti dan menempatkan dirinya dalam karakter itu. Setiap kali Ronald membacakan karangan kreatifnya dengan memasukkan unsur hiburan di depan kelas, teman-temannya kagum dan tertawa. Suatu ketika Ronald mencoba audisi untuk sebuah drama drama yang disutradarai oleh Bapak Frazer sendiri dan ia pun sukses terpilih untuk memerankan salah satu peran di drama tersebut.

Pengalaman unik saat bersekolah ini telah mengantarkannya ke gerbang Warner Brothers di Burbank, California. Pada usia 29 tahun, Ronald mengikuti casting film pertamanya, ia gugup menghadapinya. Akhirnya, ia teringat pengalamannya di sekolah dulu dimana keinginannya untuk membuat Bapak Frazer bangga merupakan satu-satunya obat terampuh mengusir kecemasan casting pertamanya.

Ronald kemudian membintangi lebih dari 50 film bahkan dia terpilih menjadi Presiden Screen ActorsGuild. 

Ronald telah menggunakan banyak cara dalam proses belajarnya dimana proses itu disebut empati. Ronald menggambarkan,

"𝐃𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐦𝐩𝐮𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐝𝐢 𝐩𝐨𝐬𝐢𝐬𝐢 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐢 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐭𝐮 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐥𝐢𝐧 𝐡𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩 𝐬𝐞𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐩𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧, 𝐦𝐞𝐬𝐤𝐢𝐩𝐮𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐥 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐥𝐚𝐭𝐚𝐫 𝐛𝐞𝐥𝐚𝐤𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐀𝐧𝐝𝐚."[]


Dari buku

"Manusia Pembelajar Adalah Manusia Sukses "




ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...