Minggu, 19 Juni 2022

"𝑩𝑶𝑳𝑬𝑯 𝑲𝑨𝑴𝑰 𝑵𝑼𝑴𝑷𝑨𝑵𝑮 𝑺𝑯𝑨𝑳𝑨𝑻 𝑫𝑰𝑺𝑰𝑵𝑰?"


Sore itu bersama istrinya, Farid berangkat ke Cirendeu Tangerang. Mereka berniat membeli rumah yang akan dibantu  dengan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dari bank swasta tempat kerjanya.

"𝑩𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂 𝑩𝒖 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒊𝒏𝒊 𝒎𝒂𝒖 𝒅𝒊𝒋𝒖𝒂𝒍?" Tanya istri Farid kepada pemilik rumah.

"𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒂𝒖 𝒍𝒆𝒑𝒂𝒔 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂 𝟑𝟎𝟎 𝒋𝒖𝒕𝒂," sahut pemilik rumah.

"𝑮𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈?" Tandas istri Farid

"𝑰𝒕𝒖 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒎𝒖𝒓𝒂𝒉 ... 𝑲𝒆𝒎𝒂𝒓𝒊𝒏 𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒂𝒘𝒂𝒓 𝟐𝟔𝟎 𝒋𝒖𝒕𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒈𝒂𝒌 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉,"Jawab pemilik rumah.

Mendengar itu Farid dan istri menjadi paham bahwa harga yang diinginkan pemilik rumah, namun plafond dari kantor untuk Farid hanya Rp. 250 juta. Farid dan istri saling berpandangan. Budget mereka tidak sesuai dengan harga rumah yang diinginkan.


Farid melirik jam di pergelangan tangannya. Masya Allah! Waktu Isya sebentar lagi tiba, padahal Farid dan istri belum shalat Maghrib ...

Farid lalu berkata kepada pemilik rumah, ,"𝑰𝒃𝒖, 𝒃𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒌𝒂𝒎𝒊 𝒏𝒖𝒎𝒑𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒉𝒂𝒍𝒂𝒕 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒏𝒊?"

Mendengar kalimat itu rona wajah pemilik rumah berubah drastis tampak kebingungan dan sedikit tegang. Farid merasakan hal itu, ia pun meralat kalimatnya, "𝑲𝒂𝒍𝒐 𝒈𝒂𝒌 𝒃𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒔𝒉𝒂𝒍𝒂𝒕 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒏𝒊, 𝒎𝒂𝒔𝒋𝒊𝒅 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒅𝒆𝒌𝒂𝒕 𝒅𝒊 𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒚𝒂?"

Kalimat ini pun menambah kekikukan bagi pemilik rumah, dan ia pun menyergah, "𝑴𝒂𝒔𝒋𝒊𝒅 𝒋𝒂𝒖𝒉 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒊𝒏𝒊!!!"

Farid pun menjadi bingung atas sikap dan jawaban dari pemilik rumah. Dalam hati ia menduga kalau-kalau pemilik rumah bukan seorang muslimah. Namun Farid dan istrinya harus segera shalat Maghrib, ia pun berujar, "𝑲𝒂𝒍𝒐 𝒈𝒂𝒌 𝒃𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒔𝒉𝒂𝒍𝒂𝒕 𝒅𝒊 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉, 𝒃𝒐𝒍𝒆𝒉𝒌𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒎𝒊 𝒔𝒉𝒂𝒍𝒂𝒕 𝒅𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒂𝒔?"

Merasa terdesak, pemilik rumah akhirnya mengizinkan. Maka jadilah Farid dan istrinya shalat Maghrib di teras rumah. Tanpa alas apa pun sebagai sajadah mereka.


Usai shalat, Farid dan istri melanjutkan pembicaraan dengan pemilik rumah. Tidak berlangsung lama, mereka pun berpamitan. Sayang malam itu tidak ada angka yang disetujui oleh mereka, baik oleh Farid dan istri ataupun dari pemilik rumah. Masing-masing bertahan dengan harga dan uang yang mereka mau.

Pagi harinya, Farid menerima telpon dari ibu pemilik rumah

"𝑷𝒂𝒌 𝑭𝒂𝒓𝒊𝒅, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒏𝒆𝒍𝒆𝒑𝒐𝒏 𝒄𝒖𝒎𝒂 𝒎𝒂𝒖 𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂, 𝒂𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒆𝒏𝒅𝒂𝒌 𝑩𝒂𝒑𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒍𝒊 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒅𝒊𝒔𝒆𝒎𝒃𝒂𝒉𝒚𝒂𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒅𝒖𝒍𝒖?!"

Lalu Farid menceritakan bahwa saat itu mereka berdua belum shalat Maghrib padahal waktu Isya sudah hampir masuk, jadi apa yang mereka lakukan adalah sebuah kewajiban bukannya untuk menentukan rumah itu cocok atau tidak!, Farid menjelaskan.

Ibu itu berkata bahwa entah kenapa usai Farid dan istrinya pulang ia merasa cocok dan menjadi tenang hatinya, makanya pagi itu beliau menelepon.

Lebih lanjut Ibu itu mengaku sudah hampir 30 tahun tidak pernah shalat sejak ia ditinggal oleh suaminya dan harus membesarkan kedua anaknya. Hidupnya panik dan sulit. Ia harus bekerja dan mencari nafkah. Duit dan duit yang ada dalam kepalanya, dia lupa sama sekali untuk menyembah Allah.

Subhanallah...., akhir dari pembicaraan itu adalah sang Ibu melepaskan rumahnya dengan harga 220 juta!

Setelah itu, ibu tersebut tidak kurang 3 kali dalam seminggu pasti menelepon atau berkunjung ke rumah Farid. Dia mau belajar menjadi muslimah lagi

Lebih hebatnya lagi, atas keinginan ibu tersebut, rumah itu baru separuh mereka bayar.

"𝑩𝒂𝒚𝒂𝒓 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒔𝒊𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒑𝒖𝒂𝒔 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓 𝒊𝒃𝒂𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑷𝒂𝒌 𝑭𝒂𝒓𝒊𝒅 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂!" 


𝚂𝚞𝚋𝚑𝚊𝚗𝚊𝚕𝚕𝚊𝚑,..... 𝚃𝚎𝚛𝚔𝚊𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚒𝚕𝚊 𝚒𝚋𝚊𝚍𝚊𝚑 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚠𝚞𝚓𝚞𝚍 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚊𝚔𝚑𝚕𝚊𝚔 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐, 𝚖𝚊𝚔𝚊 𝚜𝚒𝚖𝚙𝚊𝚝𝚒 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚜𝚎𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚒𝚝 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚒𝚗𝚊𝚛𝚒 𝚔𝚎𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚓𝚊𝚕𝚊𝚗𝚒. 𝚃𝚎𝚛𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊, 𝚜𝚎𝚖𝚞𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚖𝚊𝚔𝚒𝚗 𝚒𝚗𝚍𝚊𝚑 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚒𝚋𝚊𝚍𝚊𝚑!!![]



Dari buku

"Cahaya Langit" Hidup tak selamanya hitam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...