"π²ππππππππππ πππππππππ ππππππππππ πππ π ππππππππ πππππ ππππππππ πππππ πππππππ πππππππ πππππ π πππππ ππππ. πΊππππ πππ ππππ πππππ πππππππ ππππ πππππ π ππππππ πππππππ π πππ ππππππ ππππ ππππππππ ππππ πππππππ πππππππ."
(Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid.)
Anthony Burgess berusia 40 tahun ketika dia diberitahu kalau dirinya menderita tumor otak yang akan mengakhiri hidupnya dalam waktu setahun.
"Menurut perkiraan dokter, saya hanya mempunyai waktu satu kali musim dingin, satu kali musim semi, satu kali musim panas, untuk menjalani kehidupan saya. Kemudian pada musim gugur saya akan meninggal" demikian tutur Burgess
Vonis itu membuatnya tersadar, bahwa melawan keadaan itu dia harus berjuang sendiri. Sebelumnya Burgess tidak pernah menulis, namun dia mengetahui bahwa dirinya mempunyai potensi untuk menjadi penulis. Karena itu, agar istrinya dapat menikmati royalti dari hasil karyanya, dia segera memasukkan sehelai kertas ke dalam mesin ketiknya dan mulai menulis. Dia tidak yakin apakah bukunya dapat diterbitkan, namun dia tidak melihat ada pilihan lain, dan juga memang ia tak tertarik melakukan pekerjaan selain menulis.
Dalam perjalanan hidupnya yang panjang, kankernya mulai sembuh dan pada akhirnya hilang sama sekali. Sebagai penulis novel, dia telah menulis lebih dari 70 buku. Bukunya "A Clock Work Orange" membuat dirinya dikenal banyak orang.
Rupanya vonis mati karena kanker yang diterimanya membuat dia bangkit dan menjadikan dirinya seorang penulis.
Kita sebenarnya tidak perlu menunggu sampai ada kejadian tragis atau berbahaya yang menyerang kita, untuk kemudian mau melangkah. Kebanyakan kita, tidak memandang diri sebagai orang kreatif.
Padahal sebenarnya kita adalah orang yang kreatif.[]
Dari buku
"GURU, BAWA AKU KE PINTU TERDEPAN" Menjadi Guru Paling Sukses dan Bahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar