18 November 1995
Untuk sampai di atas panggung konser,bagi Itzhak Perlman bukan hal yang mudah.Dia berjalan selangkah demi selangkah dengan menggunakan alat penyangga di kedua kakinya dan dengan bantuan kruk.Melihat dia melintasi panggung dengan rasa sakit dan perlahan merupakan suatu pemandangan yang sangat mengagumkan.
Setelah duduk dengan perlahan,dia letakkan kruknya di lantai,melepas ikatan gesper pada kakinya, melipat satu kali ke belakang dan menjulurkan kaki yang lain kedepan, barulah ia mengambil biola dan meletakkannya di bawah dagu serta mengangguk pada konduktor.
Pada saat ini, penonton sudah terbiasa dengan ritual tersebut dan menunggu sampai ia siap bermain.
Saat menyelesaikan beberapa irama pertama,salah satu senar biolanya putus.Setiap orang bisa mendengar putusnya senar itu karena mengeluarkan suara seperti letusan senjata api.
Para penonton cemas membayangkan dia mengenakan gesper kakinya, mengambil kruk dan turun dari panggung.Tapi dia tak melakukannya.Itzhak menunggu sebentar, memejamkan matanya lalu memberi isyarat pada konduktor untuk mulai lagi.Orkestra mulai lagi dan ia bermain dengan penuh hasrat,penuh kekuatan dan penuh kemurnian yang penonton tidak pernah dengar sebelumnya.
Tentu saja setiap orang tahu bahwa tidaklah mungkin memainkan suatu simponi hanya dengan tiga senar,tapi malam itu Itzhak Perlman menolak anggapan tersebut.Setiap orang bisa melihat ia memodulasi, mengubah dan menyusun kembali simponi di kepalanya.Di satu titik,ia kedengaran seperti sedang menyetel senar senarnya untuk mendapatkan suara-suara baru dari senar-senar yang tidak pernah senar tersebut hasilkan sebelumnya.
Saat selesai,ada suatu keheningan di ruangan.Kemudian orang-orang bersorak-sorai.Ada ledakan tepuk tangan yang luar biasa dari setiap sudut auditorium.Semua penonton berdiri menunjukkan betapa mereka menghargai apa yang telah dilakukan Itzhak.
Itzhak tersenyum dan menyeka keringat dari alis matanya, mengangkat alat gesek biolanya dan berkata dengan tenang, tafakur dan takzim:
"Kalian tahu, kadang-kadang tugas seorang musisi adalah mencari tahu berapa banyak musik yang masih bisa ia buat dengan apa yang masih tersisa pada dirinya"
Inilah orang yang telah mempersiapkan seluruh hidupnya membuat musik dengan biola empat senar, yang tiba-tiba ditengah konser, mendapati dirinya bermain biola hanya dengan tiga senar,maka ia membuat musik dengan tiga senar dan musik yang ia buat malam itu dengan hanya tiga senar ternyata lebih cantik, lebih murni dan lebih bisa dikenang daripada musik yang pernah ia buat sebelumnya dengan empat senar.
"π°πππππ πππππ ππππ πππππ πππππππ πππππ, πππππππ ππππππ πππππ π’πππ ππππ ππππππ,ππππ ππππ πππ πππ πππππ ππππππππππππ, πππππππ πππππ ππππππ πππ π’πππ πππππ πππππππ ππππ ππππ ππππ."
Dari buku
KOIN EMAS DI TEPI JALAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar